Minggu, 21 Juni 2015

ESCAPE

10


Aku memelototi fraya yang seenaknya bicara. Sial ! seharusnya aku sudah melupakan semua itu. Semua masa – masa kelamku ketika semua orang memandang ku sebagai mesin penghancur yang harus di hindari. Ketika aku kelas 2 SMP,aku termasuk dalam daftar teratas blacklist di sekolahku dulu.


“Wiiiss,kalo mau lewat lo mesti bayar dulu sama gue” ucap anak itu dan satu rekannya yang lain mencegat ku di belakangku. Kalau tidak salah mereka adalah anggota geng preman di kelas 3.
“Gak ! awas gue mau lewat !” ucapku dengan nada sedikit tinggi.
“Lu harus bayar dulu ke kita,ngerti gak !” ucap orang di belakangku sambil mendorongku. Aku berusaha menahan emosiku.
“Sorry,gue lagi gak mau berantem” balasku sambil berusaha menghindar dari mereka.
“Berantem ? coba aja kalo berani” ucap orang di depanku sambil menaik tas ku dan membuangnya ke sembarang arah. Aku tidak dapat menahan emosiku lagi. Aku pun menarik kemejanya sampai beberapa kancingnya terlepas lalu meninjunya hingga membuat ia mimisan.
Rekannya pun menyerangku dengan sebongkah kayu yang meleset dan akhirnya mengenai wajahnya sendiri. Aku tidak ingin memperpanjang masalah ini dan lebih memilih untuk segera pergi setelah mengambil tasku.
Keesokan harinya,aku tidak menyangka kalau ketua geng tresebut yang akan berhadapan denganku di lapangan sekolah. Yang ku ketahui namanya adalah gilang. Dia ingin membalas kejadian yang terjadi kepada kedua anggota gengnya. Aku tau,dia bermaksud mempermalukanku di depan semua orang jika aku kalah bertarung dengannya.
Dia menendang perutku. Keuntungan masih berpihak kepadaku karena aku yang sedang berseragam orahraga sehingga mempermudahku untuk melakukan beberapa pukulan dan tendangan. Dia menatapku penuh kemenangan. ‘cih ! lihat saja nanti !’ aku menahan sakit dan meninju hidungnya hingga mengeluarkan darah. Aku menggunakan kesempatan saat ia memegangi hidungnya dengan menendang lututnya dan akhirnya ia jatuh tersungkur.
Siswa lain hanya diam melihat kami karena mereka semua tidak berani ikut campur. Dan saat itu juga aku menendang kepalanya hingga wajahnya menyentuh tanah. Ia berbalik dan memegang kaki kananku. Namun ia tidak bsa mengindar ketika kaki kiriku menghantam mulutnya dan seperti terdengar sesuatu yang patah disana. Kejadian itu membuat para siswi menjerit,ada juga siswa yang bersorak penuh kemenangan ketika ada yang berhasih membuat ketua preman kalah.
“Baru segitu aja udah pingsan ! mana yang katanya lo ketua preman ! cih !” aku membuang ludahku ke mukanya sebelum dia pingsan. Tiba – tiba para guru datang dan menyeretku ke ruang BK. Aku tidak membela diriu sama sekali ketika semua guru membawaku ke ruang BK. Aku yang saat itu sedang kalut dengan emosi memilih diam dan akhirnya aku di skors selama 1 minggu.


Aku sadar dari lamunanku dan segera menghabiskan jus ku. Kenangan itu kembali berputar di kepalaku. Ketika aku tidak memiliki seorang temanpun kecuali fraya. Itu pun fraya berbeda sekolah dengan ku. Namun keadaannnya sedikit membaik ketika aku SMA dan satu sekolah lagi dengan fraya. Ia sering kali membuyarkan amarahku dan membuatku kembali tertawa.
Jerry masih menaikan sebelah alisnya seperti meminta penjelasan tentang perkataan fraya barusan. “Kamu pernah berantem va ?” tanyanya.
“Ya pernah lah ! dia itu dulu…..”
“Enggak kok,itu mah si fraya aja yang kebanyakan mengkhayal” untung saja aku memotong perkataan fraya sebelum jerry mendengar semuanya. Cukup sudah,aku tidak ingin menginggatnya.
***~***~***~***
Pagi ini aku sudah bersiap kesekolah dan sedang menyantap sarapanku di ruang makan sampai jerry datang untuk menjemputku. Aku menenggak minumanku dan pamit pada bibi. Aku duduk di sebelah jerry yang sedang mengemudi. Ketika mobil yang ku tumpangi sudah pergi beberapa meter dari rumah ku,aku baru ingat kalau aku belum memberi tahu sekolahku.
“Jer,lu tau sekolah gue ?” tanyaku.
“Tau kok,tante kaira udah kasih tau aku” jawabnya sambil tetap melihat kedepan. “Kamu nanti pulang jam berapa ?” ucapnya.
“Jam 3,gue ekskul dulu”. Tak begitu lama,mobil ini memasuki gerbang sekolahku. “Thank you jer” ucapku lalu turun dari mobil dan langsung menuju kelas. Kelasku yang terletak di lantai 3 dapat memudahkanku untuk melihat keluar jendela.
Dari sini aku dapat melihat segerombolan orang yang mengendarai motor berhenti di depan sekolahku. Dan sepertinya aku mengenal salah satu dari mereka. Aku tidak mempercayai pandanganku,dia adalah ketua geng yang berkelahi dengan ku saat SMP dulu. ‘Mau apa dia disni’  batinku.
“HOII !” teriak seseorang di telingaku. Aku refleks membalikan badanku dan meninju perutnya hingga dia meringis kesakitan. “Ava ! lu gila ya temen sendiri aja lu tonjok gini. Gimana nanti kalo sarapan gue keluar semua ?” balasnya sambil tetap memegangi perutnya.
Ini dia satu lagi temanku disini. Namanya Alvin Naftali,usianya 1 tahun lebih tua dariku. Dia adalah ketua tim basket di sekolahku. Prestasinya yang bagus di bidang akademik dan olahraga serta wajahnya yang lumayan membuatnya sebagai cowo idola di sekolahku. Tapi jangan kalian sangka aku yang mendekatinya duluan,justru malah dia yang sering menggangu ku sejak kelas 1 SMA. Alhasil,bayak fans nya yang melihatku tidak senang.
“Mau apa sih lu pagi – pagi gini ? masih kurang tinju gue ?” ucapku sambil duduk kembali di bangkuku.
“Gapapa,mau main aja ke tempat lu. By the way katanya lu sakit ya sampe gak masuk gitu ?” tanyanya sok perhatian sambil memegang dahiku. Cih !
“Heh ! sono lu vin,gue lagi males di liatin sama fans – fans lu pagi – pagi gini” ucapku sambil mendorong punggungnya. Saat aku berusaha menyingkirkanya,aku melihat sepasang mata yang melihat sedih ke arah kami. Bukan kan dia siswi yang di skors waktu itu ? kenapa dia ? apa jangan – jangan dia juga tersamsuk salah satu fans si Alvin ini ?
“Hahaha,iyaudah. Nanti istirahat gue traktir bakmie deh di kantin. Gimana ?” tawarnya.
“Terserah lu deh,jangan lupa sama temen gue yang satu itu ya” ucapku sambil menunjuk fraya yang mendekat kearah kami.  Alvin mengacungkan jempol tanda setuju. Bel masuk berbunyi dan kami kembali belajar di kelas seperti biasa.
***~***~***~***
Aku meningalkan kelas ku dan langsung menuju ruang musik. 2 minggu lagi sekolahku mengadakan pentas seni dan aku diminta untuk mengisi acara tersebut sebagai pemain piano dan membawakan lagu Jessie j yang berjudul Flashlight. Aku tidak sendirian tentunya. Fraya pun ikut ambil bagian sebagai pemain biola.
Dan yang ku ketahui ada orang yang akan menyanyi juga,tapi kami belum di beri tahu siapa. Ketika aku sampai di ruang musik,seluruh anggota klub ini sudah berkumpul. Mungkin mereka sedang menungguku.
“Baik,semuanya sudah berkumpul disini. Saya akan melanjutan rapat kita yang kemarin,oh iyaa khususnya untuk ava dan fraya” ucap kak jonathan. Dia adalah ketua klub ini. “Saya akan perkenalkan anggota baru kita” kemudian dia menunjuk seseorang yang wajahnya sudah ku kenali.
“Perkenalkan,nama saya Ryou Yuki Elena dan kalian bisa panggil saya Yuki” ucapnya. “Saya kelas 11 B ipa” lanjutnya.
“Oke,cukup sekian perkenalannya,kamu boleh duduk kembali yuki. Kalian yang mau berkenalan atau minta nomor telefon nanti aja ya” jelas kak jo sambil tertawa. “Sekarang,kalian latihan sesuai dengan apa yang kita bicarakan kemarin. Saya ada urusan mendadak,jadi gak bisa ada disini. Good luck ya semua”
Aku langsung mendekatkan kursiku ke fraya,cukup mudah karena kursi ini memiliki roda di bawahnya. “Fra,lu masih kenal dia kan ?” bisikku sambil menujuk sembunyi – sembunyi ke arah yuki.
“Iya inget,kenapa ?”
“Gak nyangka ya,sekolah ini sempit banget sampe harus ketemu dia lagi” balasku sambil tertawa.
“Udah ah,yuk latihan” ucapnya sambil menyeretku ke piano. Dia mengeluarkan biola dari dala tasnya. Dia juga memanggil yuki untuk berlatih dengan kami.
***~***~***~***
“Yuk pulang” ajak fraya.
“Sorry fra,gue udah di jemput. Lain kali ya !” ucapku. Fraya mengangguk dan langsung menjalankan mobilnya meninggalkan sekolah ini.
Sedangkan aku masuk ke dalam mobil yang menjemputku. Seperti yang ku katakan waktu itu,jerry menjemputku hari ini. Dia memakai setelan kemeja resmi yang lengkap dengan dasi. Lengan kemejanya di gulung sampai siku dan membuat otot di tangannya yang lebih besar dari tanganku terlihat. Ketika aku memakai sabuk pengamanku,jerry baru saja selesai berbicara dengan seseorang di telfon.
“Va,kayaknya kita mesti ke kantor ku dulu deh. Ada yang ketinggalan soalnya. Gapapa kan ?” tanyanya.
“Terserah,yang penting gue nyampe rumah dengan selamat” jawabku.

TO BE CONTINUE....

Tidak ada komentar:

Posting Komentar