11
Aku saat ini sedang
berada di depan gedung yang tidak begitu tinggi namun sangat berkelas. Bangunan
yang di dominasi oleh kaca di bagian luarnya menambah kesan mewah yang di
timbulkan. Ketika aku memasuki gedung ini bersama Jerry,terlihat dua orang
resepsionis yang berada di dekat pintu masuk berdiri dan kami menghampirinya.
“Sore pak,ini berkas – berkasnya”
ucap resepsionis itu.
“Makasih Ca,saya pulang
dulu” balas Jerry. Kami pun kembali menuju mobil dan sedikit bercakap – cakap
mengenai resepsionis yang bernama Echa tadi.
“Kamu mau makan dulu gak
Va ?” tanya Jerry.
Aku tidak bisa
membohongi perutku yang terasa lapar. Dan akhirnya aku meng-iya-kan ajakannya.
Kami tiba di restoran khas Italia yang terletak tidak jauh dari kantornya Jerry.
Seorang pelayan menghampiri kami.
“Silahkan,mau pesan apa
?”
“Saya pesan Tortellini
dan jus Stroberi” jawabku. Aku melirik Jerry yang masih melihat daftar menu.
Jangan – jangan makannya banyak jadi dia lama memesannya.
“Saya pesan Lasagna sama
vanilla latte” ucap Jerry.
“Baik,silahkan di tunggu
pesanannya,Terima kasih” kemudian pelayan itu meninggalkan kami.
Aku melihat
sekelilingku. Restoran ini cukup ramai dan hiasan dindingnya menarik. Suasasna
seperti ini mengingatkanku pada saat itu,ketika sepasang mata
memperhatikanku.Dan sekarang aku merasakannya kembali. Selama ini aku masih
terus bertanya – tanya siapakah dia.
Aku tidak mungkin
mencurigai sesisi restoran ini,namun entah kenapa aku merasa sepertinya orang
itu tidak jauh dariku. Aku terus menatap sekelilingku,aku menyerah. Aku menatap
lurus kedepan dan menemukan jerry yang sedang menikmati vanilla latte-nya. Dan
saat itu juga,perasaan ini menghilang.
Aku memandanginya.
Rambutnya yang sedikit berantakan,tahi lalat pada telinga kirinya,dan kuku –
kuku jarinya yang terpotong rapih. Menurutku dia masuk sebagai salah satu cowok
idaman wanita,namun kenapa dia malah memilih denganku. Aku yang bukan cewek
feminim dan lagi pula aku masih kelas 2 SMA. Aku punya masa lalu yang
berantakan yang ia tidak tahu.
Aku hanya melihat
makanan ku sambil sesekali mengaduk – aduknya. Tiba – tiba nafsu makanku
menghilang. Jerry melihatku dan menyendok makanan ku yang sama sekali belum ku
makan. Aku melotot kearahnya. Makanan di piringnya pun belum habis tapi dia
sudah mengambil makananku.
“Masih kurang ? kan lu
bisa pesen lagi” ucapku sambil menutupi makanan ku dengan tanganku. Dia tetap mengarahkan
garpunya ke piringku.
Dia memandangku lalu
tiba – tiba tertawa. “Katanya kamu tadi laper,udah pesen makanan malah gak di
makan. Aku kira kamu gak sanggup ngabisin,mangkannya aku bantuin”
“Gue tiba – tiba gak
nafsu makan gara – gara liat muka lu,hahaha” ledek ku.
Dia meletakan garpunya
dan menatapku lekat – lekat. Wajahnya sedikit di majukan dan mulutnya masih
mengunyah makananku. “Ih,ngapain lu ?” tanyaku sambil memundurkan wajahku.
“Aku heran aja,masa sih
kamu gak nafsu makan gara – gara liat mukaku ?” jelasnya.
Aku tidak mau
memperpanjang ini,aku kemudian menyuapkan makanan ke mulutku dengan lahapnya.
Makanan ini treasa sangat enak,mungkin karena aku lapar dan tidak terasa aku
sudah menghabiskan setengah porsi makananku. Jerry tertawa sambil memegangi
perutnya. Aku mengangkat sebelah alisku.
“Katanya kamu gak nafsu
makan,tapi kok makan kamu jadi lahap gitu setelah aku kasih liat mukaku dengan
jelas ? hahaha” ledeknya. Wajahku terasa panas,aku ingin sekali melemparkan
garpuku kearahnya,namun aku lebih memilih untuk mengabaikannya.
***~***~***~***
*Seminggu
kemudian
Mataku masih terasa
mengantuk akibat semalam aku begadang nonton film. Hoaam.. rasanya aku tidak
ingin sekolah saja hari ini. Lagipula sekolahku sedang sibuk mempersiapkan
pentas seni minggu depan. Hanya kelas 12 yang masih aktif belajar,sedangkan
kelas 10 dan 11 hanya beberapa pelajaran saja. Apalagi siswa – siswi yang
tampil saat pentas seni,termasuk aku.
Aku sudah duduk dengan
tenang di bangkuku dan tiba – tiba melihat seseorang berlari ke beberapa siswa
lainnya. “Gila ! di gerbang kita ada gerombolan geng motor,untung aja gue
selamat” ucapnya sambil ngos – ngosan.
“Eh serius ? mana – mana
?” kemudian mereka menghambur menuju jendela sambil menunjuk – nunjuk.
Aku penasaran. Aku
melihat kebawah dan betapa terkejutnya aku ketika mengetahui kalau orang itulah
yang muncul di depan sekolahku. Orang yang pernah ku permalukan saat SMP. Gilang. Mau apa dia kesini ? emosiku
terpancing ketika dia meludahi area sekolahku seperti yang aku lakukan dulu
kepadanya.
Tanpa pikir panjang,aku
berlari melewati kerumunan siswa menuju gerbang depan. Aku tiba di depan para
siswa yang sedang melihat geng motor tersebut. 3 orang satpam sekolah kami
berusaha menahan mereka. Dan saat itu juga Gilang melihatku.
“Nah itu dia orangnya”
ucapnya.
Seketika orang – orang
dibelakangnya membunyikan motor mereka secara berbarengan. Perkiraanku ada
sekitar 6 orang termasuk gilang. Beberapa siswa di belakangku mundur perlahan
dan ada juga yang lari. Mau apa lagi
mereka ?. Belum cukupkah dia merusak namaku ketika di SMP dulu ?
Aku maju menghampirinya
dan seorang satpam menahanku. Dia bilang aku tidak boleh dekat – dekat dengan
mereka. Siapa peduli ! “Mau apa lagi kalian kesini ? belum puas pas di SMP dulu
?” dan seketika semua orang disana kaget mendengarnya.
“Hahaha ! lu pikir gue
bakal nyerah gitu aja setelah lu ngebuang harga diri gue di depan umum ? GAK
AKAN ! kali ini lu bakal dapet balasannya”
Beberapa dari geng motor
itu terlibat baku hantam dengan ketiga satpam tersebut. Dan 3 orang lainnya
mengahdapiku. Tidak ku sangka,Fraya dan Alvin ada di sebelahku. Aku tidak
meragukan mereka karena aku sudah mengetahui kemampuan bela diri mereka.
“Gak masalah kan kalo 3
lawan 3 ?” ledek Alvin.
Tanpa aba – aba,Alvin
meninju orang di sebelah gilang. Hal yang sama pun di lakukan oleh Fraya.
Gilang menendang kakiku dan menarik rambutku hingga banyak helaian rambutku
yang rontok. Aku tidak mau kalah,dengan posisi memunggunginya aku menyikut
dengan keras hidungnya sampai mengeluarkan darah.
“COWO IDIOT,NGAPAIN LO
PEGANG – PEGANG GUE !” seketika aku menoleh dan mendapati fraya yang sedang
menginjak – injak lawannya yang mencengkram kakinya. Aku ingin tertawa
melihatnya.
Aku kembali melayangkan
tinjuku ke perut lawanku yang masih memegangi matanya akibat ku sikut tadi. Tak
mau kalah dengannya,akupun menendang lututnya hingga dia jatuh tersungkur dan
wajahnya mengenai ludah yang tadi dia buang sembarangan. Posisi ini sama persis
ketika aku berkelahi dengannya 3 tahun yang lalu. Kakiku bertengger dengan
manisnya diatas kepala gilang.
Aku terkejut ketika
kakinya yang tiba – tiba bergerak untuk menghantamku,namun dengan cepat Alvin menginjak
kakinya. “Thanks Vin” ucapku.
“AVA,AWAS !” seseorang
berteriak dan ketika aku menoleh,aku medapati orang yang tadi berantem dengan
satpam melayangkan pisau kearah. Aku tidak sempat menghindar dan akhirnya pisau
itu menggores lenganku yang tertutup seragam.
Noda merah mulai
mengotori seragamku. Aku hanya menggigit bibir ku untuk menahan perih. Namun orang
yang tadi melayangkan pisau kearahku tiba – tiba terjatuh dan ketika ku lihat
di belakangnya. Ternyata ada pak Andi,guru BK sekolahku yang terkenal ramah
namun dia akan menjadi sangat galak jika ada yang membuatnya marah.
“Kalian semua jangan ada
yang menonton ! cepat masuk ke kelas ! Ava,Fraya dan Alvin,kalian ikut saya ke
ruang BK. Biar mereka kami yang urus” ucapnya.
Aku mengikuti pak Andi
sambil memegangi lengan kananku. Fraya dan Alvin ada di sebelahku. Wajah mereka
terlihat bersalah melihat lenganku. Aku tertawa melihat mereka. “Heh,muka
kalian kenapa sih ? biasa aja dong liatnya,hahaha” ledekku.
“Gimana bisa biasa aja
sih pas tangan lu berdarah – darah gitu !” jawab Alvin.
“Yaudah,kan yang penting
gue gak kenapa – kenapa. Cuma lengan aja mah gapapa”
“Va,rambut lu jadi lebih
tipis. Ah gue pengen nangis rasanya kalo ngeliat lu” rengek Fraya.
“Ah,lebay deh. Guys,gue
gapapa. Dan maaf ya kalian jadi terlibat,padahal ini harusnya jadi urusan gue”
ucapku. Mereka berdua mengangguk dan kami telah sampai di ruang BK.
Dia hanya memberikan
pertanyaan yang biasa di berikan kepada orang – orang yang pernah berurusan
dengan BK. Setelah beberapa pertanyaan,dia memperbolehkan kami kembali ke
kelas. Fraya membawaku ke UKS dan anggota PMR yang bertugas di UKS mengobati
lukaku.
Aku masih memikirkan
alasan jika saat puang nanti Jerry bertanya tentang lenganku. Aku tidak mau dia
mengadukannya kepada orang tuaku. Karena kelelahan,aku tertidur di UKS.
TO BE CONTINUE ....
Tidak ada komentar:
Posting Komentar