Rabu, 10 Juni 2015

ESCAPE

9


Aku sedang berada di mobil dan bersiap untuk pulang. “Udah siap ? gak ada barang – barang yang tertinggal kan ?” tanya orang itu.
Aku menggeleng dan memasang earphone yang tersambung ke handphone ku. Aku memutar lagu alive yang di nyanyikan oleh krewella. Aku sangat menyukai electronic dance music. Mendengarkan EDM membuat mood-ku lebih bagus. Jarak rumahku dan rumah sakit ini tidak terlalu jauh,jadi dapat di jangkau dengan 15 menit.
Yah,kalian tau supir ku sedang cuti dan jerry yang akan mengantar jemput ku. Ia membawa tasku yang berisi beberapa baju dan obat – obatan masuk ke dalam,padahal aku bisa sendiri melakukaknnnya. Cuma karena ia sudah mengambilnya duluan,jadi aku tidak akan merebutnya lagi. Aku duduk sebentar di ruang keluarga yang diikuti jerry. Ia meletakan tasku di sebelah meja yang terletak di depan televisi.
Aku menyalakan televisi dan jerry duduk di sebelahku. Ia sedang memperhatikan beberapa foto yang di letakan di dinding. “Itu siapa ?” tanya jerry sambil menunjuk foto keluargaku.
“Yang mana ?”
“Cowo yang pake kaos putih dan celana jeans di antara kamu dan om oka itu”
“Oh itu kakak gue,kenapa emang ?” balasku.
“Kayaknya aku gak pernah melihat dia” ucapnya sambil menatapku.
“Dia tinggal di jerman sejak dia berusia 10 tahun dan gue berusia 4 tahun. Dia balik kesini sekitar 6 bulan sekali. Dan sekarang dia sudah punya pekerjaan disana jadi dia akan semakin jarang kesini” jelasku. Jerry menganggukan kepalanya dan mengalihkan pasndangannya ke tv.
Aku beranjak menuju taman belakang. Disana aku menemukan fuko dan kucing kesayangan ku,lusi. Aku dan fuko hanya saling bertukar senyum tanpa berbicara. Kemudian aku mengelus – elus punggung lusi ketika dia menghampiri kaki ku.
“Ava,fuko mau bicara sesuatu” ucapnya sambil tersenyum.
“Ada apa ?” aku menghamipinya dan duduk di bangku sebelah fuko.
“Fuko….fuko mungkin akan menemui kakak”
“Hah ? kenapa ?” apa ini berarti fuko…. Ah jangan sampai itu terjadi.
“Fuko kangen kakak. Kakak pasti juga kangen fuko,fuko sudah berjanji akan merangkai kelopak bunga ini menjadi sebuah bunga yang cantik dengan kakak” jawabnya sambil menunjukan kertas origami yang sudah di bentuk menjadi kelopak – kelopak bunga.
“Tapi,gimana dengan aku ?”
“Fuko yakin,ava pasti memiliki banyak teman sekarang. Sebetulnya fuko ingin pergi sejak lama,tapi fuko menunggu ava memiliki banyak teman. Dan fuko rasa sekarang sudah saatnya” fuko tersenyum kepadaku.
Pipiku mulai basah karena air mataku. Fuko selalu menemani ku di saat apapun,dia yang mengajariku tentang berteman,dia teman pertama ku. Dia yang… ah aku tidak bisa menggambarkan semua itu dengan kata – kata. “Baiklah jika itu keputusan kamu,tapi aku mohon jangan lupakan aku ya…” aku memeluk fuko namun lama kelamaan badannya mulai kehilangan bentuknya. Aku makin menangis menjadi – jadi.
“Ava harus janji ya kalo ava akan jaga diri baik – baik. Fuko gak mau melihat ava sakit lagi. Fuko tau,dia adalah orang yang baik yang akan mencintai ava. Ava jangan menangis lagi,fuko harus pergi. Kakak sudah menunggu,sampai jumpa ava….” tubuh itu berubah menjadi serpihan cahaya yang hilang bersamaan dengan angin.
Aku menangis terduduk dan terdengar sedikit menjerit. Bahkan aku masih dapat melihat senyumnya terakhir kali. Ada salah satu kelopak bunga yang jatuh di hadapanku,aku mengambilnya. Ini mungkin adalah kenangan terakhirnya untuku. Rasanya aku tidak bisa berhenti menanggis.
“Ava !” suara itu,jerry. Dia menghampiriku dan duduk di hadapanku. “Kenapa kamu ? apa kamu masih sakit ?” dia mengangkat wajahku yang tertunduk dan aku dapat melihat ekspresi khawatir di wajahnya.
Aku mencoba menghentikan tangisan ku tapi hasilnya nihil. Aku malah merasa semakin sedih tapi aku tidak bisa mengatakan yang sebenarnya kepada jerry. “Gu..gue gapapa” jawabku di tengah tangisanku.
“Tapi kenapa kamu bisa nangis kayak gini ?”
Semakin jerry berbicara rasanya membuatku semakin ingin menangis. ‘Kenapa aku bisa selemah ini ?’ batinku. Jerry membawaku ke sofa dan membiarkanku menangis tanpa pertanyaannya. Kepalaku mulai terasa pusing dan aku mulai mengantuk. Aku kehilangan kesadaranku.

Jery Sandi

Aku tau mengapa ava dapat menangis seperti ini. Tadi aku menemukannya di taman belakang rumahnya,ia seperti sedang berbicara sesuatu lalu tiba – tiba dia menangis dan mungkin sedikit menjerit seperti orang kesakitan. Semakin ku tanya tangisannya semakin menjadi – jadi. Aku membawanya ke ruang keluarganya dan sekarang ia tertidur di sebelahku.
“Lho ? kenapa ini nak jerry ?” tanya bibi. Aku sudah mengenalnya ketika aku berada di rumah ava untuk mengambilkan obatnya.
“Ava mungkin masih cape bi,dia kan baru pulang dari rumah sakit” jelasku.
“Oh.. nak jerry mau minum apa ? biar bibi buatkan”
“Apa aja bi,hehehe”
“Bibi tinggal dulu ya” kemudian bibi pergi meninggalkan kami. Aku membetulkan posisi tidur ava agar ia lebih nyaman. Aku mungkin akan menunggu ava sampai dia bangun. Sebenarnya aku sudah lulus dari kuliahku. Di usia 20 tahun aku dapat menamatkan kuliah ku sebagai seorang sarjana mungkin terbilang cepat. Aku hanya belajar 5 tahun saat SD dan 2 tahun saat SMP. Sebenarnya saat SMA aku pun dapat bersekolah hanya 2 tahun,namun aku tidak ingin mempercepat masa SMA ku.
Aku mengambil jurusan Teknologi Informatika (IT) di jerman. Aku saat ini bekerja di perusahaan ayahku di bidang software. Awalnya aku menolak bekerja di perusaahan keluarga,namun aku adalah anak satu – satunya yang harus mewarisi perusahaan ayahku kelak. Lagipula tidak ada salahnya meneruskan bisnis keluarga. Mungkin banyak orang mengira bekerja di perusahaan milik keluarga itu terlalu mudah,menurutku tidak juga karena lebih sulit mempertahankan dari pada membuat. Aku pun tidak akan membuang semua usaha ayahku begitu saja. Dan pekerjaan ku tidak banyak menyita waktuku jadi aku masih dapat melakukan aktifitas yang aku suka.
Sudah 2 jam aku duduk di sofa sambil membaca buku dan sesekali melihat ava. Daripada aku bosan disni lebih baik aku pergi ke tempat yang sering ku kunjungi dulu. Yap ! taman belakang rumah ava. Saat aku masih kecil,aku sering bermain ke tempat ini,namun saat aku berusia 16 tahun aku harus pergi bersama orang tuaku ke jerman untuk meneruskan sekolah ku. Dan aku baru kembali ke Indonesia sekitar 1 tahun yang lalu. Aku rindu tempat ini.

Ava Nagisa Yora

Aku mengerjap – ngerjapkan mata ku yang terasa seikit berat. Aku melirik jam dinding yang sudah menunjukan pukul 2 siang. Sudah 2 jam semenjak aku berada di rumah ini. Aku berusaha bangun dan melihat bayangan ku di tv. Mataku bengkak seperti habis menangis,namun aku tidak ingat apa – apa. Kepalaku masih terasa pusing.
“Non ava sudah bangun ? tadi ada nak jerry disini” jelas bibi.
“Terus dia kemana sekarang ? kayaknya jaket sama handphone nya masih ada”
“Nak jerry lagi ke toilet mungkin,dia dari tadi menunggu non ava bangun”. Aku melihat sekelilingku dan akhirnya aku melihatnya sedang berjalan kearah kami.”Tuh dia orang nya non,bibi tinggal ke dapur dulu ya,biar bibi masakin bubur buat non ava” bibi kemudian pergi dan jerry duduk di sebelahku.
“Gimana ? udah mendingan ?” tanyanya yang ku balas dengan anggukan. “Kamu kenapa tadi ?”
“Gatau,gue gak inget apapun” jawabku jujur.
“Oh yaudah kamu istirahat aja,kamu mau makan apa ? biar aku beliin”
“Gak usah,tadi bibi udah masak kok” tolakku. Handphone ku berbunyi da nada nama fraya tertera di layarnya. “Halo ?”
“Ava lu udah pulang kan ? oke kalo gitu gue kerumah lu sekarang juga. Gue lagi di jalan dan bentar lagi nyampe,jadi gak ada penolakan ya !” ucapnya yang mirip rapper.
“Fra,tapi….” Tut–tut-tut. Dia itu sembarangan saja menelfon orang lalu menutupnya !
Tidak lama kemudian sesosok manusia dengan baju seragam sekolah datang di hadapanku sambil membawa sesuatu. Jerry menatapnya heran tapi tidak bagiku. Ya…karena aku sudah sangat mengenalnya.
“Ava ! wiiih,keliatannya udah sehat nih ! oh iya,ini gue bawain jus stroberi sama brownies”
“Iya,thank you fra” ucapku sambil meminum jus itu.

“Eh ini jerry kan ?” tanyanya yang ku jawab dengan anggukanku. “Makin deket aja ya kalian ! hahaha,baru kali ini gue ngeliat ava rela deket – deket sama cowo kalo bukan lagi berantem” lanjutnya.

TO BE CONTINUE....

Tidak ada komentar:

Posting Komentar