Selasa, 26 Mei 2015

ESCAPE

7

Jerry sandi

Perempuan yang duduk di hadapanku sekarang terlihat sedang memiliki suasana hati yang kurang bagus. Dia menatapku lekat – lekat seakan sedang mengintrogasi ku.
“Kenapa lu mau di jodohin sama orang yang sama sekali gak lu kenal ?” tanya nya. Kali ini aku benar - benar merasa sedang di introgasi. Dia ini benar – benar tidak berubah sepertinya. Tapi aku malah semakin menyukainya.
“Menurut kamu ?” aku bertanya balik kepadanya.
“Gue kan nanya malah lu tanya balik. Terpaksa ? iya kan ?” tebakan nya tidak sepenuhnya benar. Awalnya aku memang menolak tapi setelah aku mengetahui siapa yang akan di jodohkan dengan ku,aku malah bersemangat.
“Kenapa aku harus terpaksa ? kalau aku terpaksa,saat ini juga mungkin aku akan pergi”
“Biasanya kan gitu,orang tua kita rekan bisnis dan akhirnya mereka menjodohkan anak nya untuk urusan bisnis nya” jelasnya.
“Kayaknya kamu terlalu banyak nonton sinetron deh” jawabku sambil tersenyum. Alasan yang lumayan konyol juga. “kamu sendiri kenapa mau ?”.
“Mana gue tau ! tadi kan lu liat,gue baru balik sekolah dan langsung di seret ke sini. Dan gua juga gak akan dengan bodohnya ngamuk – ngamuk cuma gara – gara gak terima” ucapnya. Ia langsung membuang muka dan mengerucutkan bibirnya. Aku terkekeh melihat tingkahnya itu. Lama – kelamaan ada yang berdeda di wajahnya,dia pucat. Apa dia sakit ? atau penyakitnya kumat lagi ?. Dia menutupi bagian hidungnya dengan tangannya.
“Kenapa va ?” tanyaku cemas melihatnya. Dia hanya menggelengkan kepalanya. Aku seperti melihat cairan berwarna merah keluar dari sela – sela jari yang menutupi hidungnya. ‘itu darah! Ava mimisan ? kenapa dia ?’ tanyaku dalam hati.
“Sorry,gue ke toilet dulu”. Dia bangun dari duduknya dan berjalan agak sempoyongan. Dan benar saja,ava tiba – tiba jatuh. Aku segera berlari ke arahnya dan ku lihat banyak darah keluar dari hidung nya dan ava terjatuh sudah dalam keadaan pingsan.
Aku menggendongnya dan membawa nya ke rumah sakit terdekat menggunakan mobil ku. Sepanjang perjalanan aku sangat tidak tenang. Akhirnya kami tiba di rumah sakit. Doketr langsung membawanya ke ruang ICU. Aku hanya bisa menunggu hasilnya di luar ruangan. Aku berusaha menghubungi om oka tapi dia tidak menjawab telfonku. Setelah beberapa lama,dokternya keluar ruangan.
“Bagaimana dokter ?” tanyaku.
“Saya perlu berbicara dengan keluarga nya mengenai pasien” ucap dokter itu.
“Keluarganya belum bisa di hubungi dok. Saya saja yang menggantikannya”
“Baik,mari ikut ke ruangan saya”. Aku berjalan mengikuti dokter itu. Aku berharap tidak terjadi sesuatu yang buruk pada ava. Aku duduk di dalam ruangan yang bernuansa putih hijau ini.
“Jadi bagaimana dok ?” tanyaku cemas.
“Boleh saya tau siapa nama anda ?”
“Saya jerry sandi dok”
“Begini nak jerry,pasien yang bernama ava ini memang sering berobat ke rumah sakit ini sejak ia masih kecil” jelas dokter itu. Ia terlihat sudah berumur 40 tahunan dan terlihat sangat berwibawa. “Pasien mengalami gangguan di organ hati nya sejak lahir. Akibatnya,pasien menjadi mudah sakit karena hati yang harusnya mengolah racun menjadi terganggu. Banyak kasus seperti ini yang akhirnya membutuhkan cangkok hati. Namun saya rasa penyakit ava belum mencapai titik tersebut” jelas dokter itu.
Aku memegangi dahi ku yang terasa sangat berat sambil menunduk. ‘mengapa ava harus menanggung hal separah ini ?’ batin ku. “Lalu,apa yang harus saya perbuat dok ?”
Ia kemudian bangun,berjalan ke arahku dan menepuk pundaku “Nak,jangan kamu anggap ava adalah anak yang lemah. Dia bahkan lebih kuat dari orang yang sehat. Tapi kamu harus tetap menjaga dia nak jerry,setiap tahun penyakitnya makin parah dan kami semua tidak mau hal buruk menimpanya” ujar sang dokter.
“Baik dok. Apa saya sudah bisa melihat ava sekarang ?” tanyaku.
“Iya,saya rasa dia sudah lebih baik. Dia juga sudah di pindahkan ke ruang rawat inap”
“Terima kasih dok” aku langsung berjalan cepat menuju ruang tersebut dan menemukan ava yang sedang berada di tempat tidur rumah sakit dengan dengan infus yang ada di tangan kirinya dan selang oksigen di hidungnya,tapi ia masih belum sadar dari pingsannya. Aku menghampirinya dan duduk di sebelahnya. Aku sudah menghubungi om oka dan dia bilang dia segera menuju kesini.
“Ava,semua ini pasti gak akan bisa ngalahin kamu va” ucapku sambil menyentuh punggung tangan ava. Jari – jarinya bergerak dan kelopak matanya terbuka tanda dia sudah sadar dari pingsannya. “Va ?” panggil ku untuk memastikan dia benar – benar sadar.
“Hm ? gue di rumah sakit ya ?” ucapnya pelan dan dia langsung menyadari dia sedang berada di rumah sakit.
“Iya,tadi kamu mimisan dan kamu pingsan di ruang tamu tadi” jelas ku.
“Gue inget kok. Lu ngarepin gue ngomong ‘gue dimana ? gue kenapa ?’ gitu ?  sori ya,kayaknya lu yang kebanyakan nonton sinetron. Dan lagian kenapa lu ada di sini ?” tanya nya yang lagi – lagi seperti mengintrogasiku. Dia ini benar – benar berbeda dengan yang lainnya.
“Waktu kamu pingsan,aku yang bawa kamu kesini. Dan aku gak langsung pergi ninggalin kamu,jadi jelas aja aku ada di sini sekarang” jelasku.
“Oh…gitu”
Tidak lama kemudian,om oka dan tante kaira serta orang tua ku datang. Ruangan ini menjadi begitu ramai. Aku kemudian menjelaskan apa yang terjadi dengan ava kepada orang tua nya. Lalu muncul lagi seseorang perempuan seusia ava yang memakai kaos dan celana jeans. Dia terlihat ngos – ngosan karena mungkin tadi ia berlari sebelum berada di ruangan ini. Dia langsung menuju ke dekat tempat tidur ava.
“Fra,lu kok bisa disini juga ?” tanya ava kepada orang itu.
“Tadi tante kaira nelfon gue dan katanya lu sakit sampe masuk rumah sakit. Jadi gue buru – buru kesini” jelas nya. “Oh iya tante,ini tadi ava juga sempet beli donat dulu sembelum keisni” dia memberikan satu kotak yang berisi donat kepada tante kaira.
“Iya,terima kasih fraya,kamu jadi repot – repot begini” ucap tante kaira. “Nah jer,kenalin ini fraya”
Aku mengulurkan tangan sambil mengucapkan namaku dan dia menyambut tangan ku sambil mengucapkan namanya juga. “Gue fraya,sahabatnya ava sejak kecil. Hahaha” aku tidak tau mengapa dia tertawa. Dia mendekatkan mulutnya ke telinga ava dan berbisik “Va,dia siapa ?”. Tapi menurutku suaranya terlalu keras untuk ukuran berbisik. Aku pun dapat mendengarnya dengan jelas.
“Anak temennya bokap gue fra” balas ava. kemudian fraya hanya membentuk bibirnya seperti sedang mengucapkan ‘oh’.
Lalu ada dua suster yang masuk keruangan ini dan memberitahukan bahwa ava harus beristirahat dan hanya ada 1 orang yang menemaninya. Sebelum aku berbicara,fraya sudah terlebih dulu mengajukan diri. Dan aku memilih untuk pulang dengan yang lainnya. “Get well soon ava” ucapkku sebelum meningalkan ruangan ini.

Ava Nagisa Yora

Setelah mereka semua pergi dan hanya menyisakan fraya di ruangan ini,aku bukannya merasa tenang tapi malah merasa akan di hujani banyak pertanyaan oleh fraya. Dan pasti mengenai jerry.
“Va,sebenernya dia itu siapa sih ?” dia mulai bertanya. ‘Apa kataku tadi !’
“Jerry sandi kalo gak salah namanya” jawabku.
“Itu mah gue juga tau,kan dia baru ngomong 5 menit yang lalu. Maksud gue,apa hubungan nya sama lu ?” tanyanya sambil memberikan tatapan mengintrogasiku.
“Dan baru 5 menit yang lalu juga gue bilang dia itu anaknya temen bokap gue” balasku dengan nada yang sengaja ku buat untuk mengejek fraya.
“Cuma itu ? ah,gak mungkin deh kalo hubungannya cuma segitu. Lagian tadi pas gue liat,tatapan nya si jerry itu kayaknya penuh cinta banget deh ke elo” ledeknya sambil menunjukan giginya.
“Apaan sih,orang gue aja baru kenal sama dia pas pulang sekolah tadi. Dia tiba – tiba ada di ruang tamu gue sama keluarganya dan pastinya nyokap – bokap gue juga ada disana” jelas ku.

“What ? jangan – jangan lu di jodohin gitu sama dia ? hahaha”. Kemudian dia langsung berhenti tertawa setelah aku meng-iya-kan perkataannya. Dan sudah pasti dia akan memberiku lebih banyak pertanyaan.


TO BE CONTINUE ....

Tidak ada komentar:

Posting Komentar