7
Jerry sandi
Perempuan yang duduk di
hadapanku sekarang terlihat sedang memiliki suasana hati yang kurang bagus. Dia
menatapku lekat – lekat seakan sedang mengintrogasi ku.
“Kenapa lu mau di
jodohin sama orang yang sama sekali gak lu kenal ?” tanya nya. Kali ini aku
benar - benar merasa sedang di introgasi. Dia ini benar – benar tidak berubah
sepertinya. Tapi aku malah semakin menyukainya.
“Menurut kamu ?” aku
bertanya balik kepadanya.
“Gue kan nanya malah lu
tanya balik. Terpaksa ? iya kan ?” tebakan nya tidak sepenuhnya benar. Awalnya
aku memang menolak tapi setelah aku mengetahui siapa yang akan di jodohkan
dengan ku,aku malah bersemangat.
“Kenapa aku harus
terpaksa ? kalau aku terpaksa,saat ini juga mungkin aku akan pergi”
“Biasanya kan gitu,orang
tua kita rekan bisnis dan akhirnya mereka menjodohkan anak nya untuk urusan
bisnis nya” jelasnya.
“Kayaknya kamu terlalu
banyak nonton sinetron deh” jawabku sambil tersenyum. Alasan yang lumayan
konyol juga. “kamu sendiri kenapa mau ?”.
“Mana gue tau ! tadi kan
lu liat,gue baru balik sekolah dan langsung di seret ke sini. Dan gua juga gak
akan dengan bodohnya ngamuk – ngamuk cuma gara – gara gak terima” ucapnya. Ia
langsung membuang muka dan mengerucutkan bibirnya. Aku terkekeh melihat
tingkahnya itu. Lama – kelamaan ada yang berdeda di wajahnya,dia pucat. Apa dia
sakit ? atau penyakitnya kumat lagi ?. Dia menutupi bagian hidungnya dengan
tangannya.
“Kenapa va ?” tanyaku
cemas melihatnya. Dia hanya menggelengkan kepalanya. Aku seperti melihat cairan
berwarna merah keluar dari sela – sela jari yang menutupi hidungnya. ‘itu darah! Ava mimisan ? kenapa dia ?’
tanyaku dalam hati.
“Sorry,gue ke toilet
dulu”. Dia bangun dari duduknya dan berjalan agak sempoyongan. Dan benar
saja,ava tiba – tiba jatuh. Aku segera berlari ke arahnya dan ku lihat banyak
darah keluar dari hidung nya dan ava terjatuh sudah dalam keadaan pingsan.
Aku menggendongnya dan
membawa nya ke rumah sakit terdekat menggunakan mobil ku. Sepanjang perjalanan
aku sangat tidak tenang. Akhirnya kami tiba di rumah sakit. Doketr langsung
membawanya ke ruang ICU. Aku hanya bisa menunggu hasilnya di luar ruangan. Aku
berusaha menghubungi om oka tapi dia tidak menjawab telfonku. Setelah beberapa
lama,dokternya keluar ruangan.
“Bagaimana dokter ?”
tanyaku.
“Saya perlu berbicara
dengan keluarga nya mengenai pasien” ucap dokter itu.
“Keluarganya belum bisa
di hubungi dok. Saya saja yang menggantikannya”
“Baik,mari ikut ke
ruangan saya”. Aku berjalan mengikuti dokter itu. Aku berharap tidak terjadi
sesuatu yang buruk pada ava. Aku duduk di dalam ruangan yang bernuansa putih
hijau ini.
“Jadi bagaimana dok ?”
tanyaku cemas.
“Boleh saya tau siapa
nama anda ?”
“Saya jerry sandi dok”
“Begini nak jerry,pasien
yang bernama ava ini memang sering berobat ke rumah sakit ini sejak ia masih
kecil” jelas dokter itu. Ia terlihat sudah berumur 40 tahunan dan terlihat
sangat berwibawa. “Pasien mengalami gangguan di organ hati nya sejak lahir.
Akibatnya,pasien menjadi mudah sakit karena hati yang harusnya mengolah racun
menjadi terganggu. Banyak kasus seperti ini yang akhirnya membutuhkan cangkok
hati. Namun saya rasa penyakit ava belum mencapai titik tersebut” jelas dokter
itu.
Aku memegangi dahi ku
yang terasa sangat berat sambil menunduk. ‘mengapa
ava harus menanggung hal separah ini ?’ batin ku. “Lalu,apa yang harus saya
perbuat dok ?”
Ia kemudian bangun,berjalan
ke arahku dan menepuk pundaku “Nak,jangan kamu anggap ava adalah anak yang
lemah. Dia bahkan lebih kuat dari orang yang sehat. Tapi kamu harus tetap
menjaga dia nak jerry,setiap tahun penyakitnya makin parah dan kami semua tidak
mau hal buruk menimpanya” ujar sang dokter.
“Baik dok. Apa saya
sudah bisa melihat ava sekarang ?” tanyaku.
“Iya,saya rasa dia sudah
lebih baik. Dia juga sudah di pindahkan ke ruang rawat inap”
“Terima kasih dok” aku
langsung berjalan cepat menuju ruang tersebut dan menemukan ava yang sedang
berada di tempat tidur rumah sakit dengan dengan infus yang ada di tangan
kirinya dan selang oksigen di hidungnya,tapi ia masih belum sadar dari
pingsannya. Aku menghampirinya dan duduk di sebelahnya. Aku sudah menghubungi
om oka dan dia bilang dia segera menuju kesini.
“Ava,semua ini pasti gak
akan bisa ngalahin kamu va” ucapku sambil menyentuh punggung tangan ava. Jari –
jarinya bergerak dan kelopak matanya terbuka tanda dia sudah sadar dari
pingsannya. “Va ?” panggil ku untuk memastikan dia benar – benar sadar.
“Hm ? gue di rumah sakit
ya ?” ucapnya pelan dan dia langsung menyadari dia sedang berada di rumah
sakit.
“Iya,tadi kamu mimisan
dan kamu pingsan di ruang tamu tadi” jelas ku.
“Gue inget kok. Lu
ngarepin gue ngomong ‘gue dimana ? gue kenapa ?’ gitu ? sori ya,kayaknya lu yang kebanyakan nonton
sinetron. Dan lagian kenapa lu ada di sini ?” tanya nya yang lagi – lagi
seperti mengintrogasiku. Dia ini benar – benar berbeda dengan yang lainnya.
“Waktu kamu pingsan,aku
yang bawa kamu kesini. Dan aku gak langsung pergi ninggalin kamu,jadi jelas aja
aku ada di sini sekarang” jelasku.
“Oh…gitu”
Tidak lama kemudian,om
oka dan tante kaira serta orang tua ku datang. Ruangan ini menjadi begitu
ramai. Aku kemudian menjelaskan apa yang terjadi dengan ava kepada orang tua
nya. Lalu muncul lagi seseorang perempuan seusia ava yang memakai kaos dan
celana jeans. Dia terlihat ngos – ngosan karena mungkin tadi ia berlari sebelum
berada di ruangan ini. Dia langsung menuju ke dekat tempat tidur ava.
“Fra,lu kok bisa disini
juga ?” tanya ava kepada orang itu.
“Tadi tante kaira nelfon
gue dan katanya lu sakit sampe masuk rumah sakit. Jadi gue buru – buru kesini”
jelas nya. “Oh iya tante,ini tadi ava juga sempet beli donat dulu sembelum
keisni” dia memberikan satu kotak yang berisi donat kepada tante kaira.
“Iya,terima kasih
fraya,kamu jadi repot – repot begini” ucap tante kaira. “Nah jer,kenalin ini
fraya”
Aku mengulurkan tangan
sambil mengucapkan namaku dan dia menyambut tangan ku sambil mengucapkan namanya
juga. “Gue fraya,sahabatnya ava sejak kecil. Hahaha” aku tidak tau mengapa dia
tertawa. Dia mendekatkan mulutnya ke telinga ava dan berbisik “Va,dia siapa ?”.
Tapi menurutku suaranya terlalu keras untuk ukuran berbisik. Aku pun dapat
mendengarnya dengan jelas.
“Anak temennya bokap gue
fra” balas ava. kemudian fraya hanya membentuk bibirnya seperti sedang
mengucapkan ‘oh’.
Lalu ada dua suster yang
masuk keruangan ini dan memberitahukan bahwa ava harus beristirahat dan hanya
ada 1 orang yang menemaninya. Sebelum aku berbicara,fraya sudah terlebih dulu
mengajukan diri. Dan aku memilih untuk pulang dengan yang lainnya. “Get well
soon ava” ucapkku sebelum meningalkan ruangan ini.
Ava Nagisa Yora
Setelah
mereka semua pergi dan hanya menyisakan fraya di ruangan ini,aku bukannya
merasa tenang tapi malah merasa akan di hujani banyak pertanyaan oleh fraya.
Dan pasti mengenai jerry.
“Va,sebenernya
dia itu siapa sih ?” dia mulai bertanya. ‘Apa
kataku tadi !’
“Jerry
sandi kalo gak salah namanya” jawabku.
“Itu
mah gue juga tau,kan dia baru ngomong 5 menit yang lalu. Maksud gue,apa
hubungan nya sama lu ?” tanyanya sambil memberikan tatapan mengintrogasiku.
“Dan
baru 5 menit yang lalu juga gue bilang dia itu anaknya temen bokap gue” balasku
dengan nada yang sengaja ku buat untuk mengejek fraya.
“Cuma
itu ? ah,gak mungkin deh kalo hubungannya cuma segitu. Lagian tadi pas gue
liat,tatapan nya si jerry itu kayaknya penuh cinta banget deh ke elo” ledeknya
sambil menunjukan giginya.
“Apaan
sih,orang gue aja baru kenal sama dia pas pulang sekolah tadi. Dia tiba – tiba
ada di ruang tamu gue sama keluarganya dan pastinya nyokap – bokap gue juga ada
disana” jelas ku.
“What
? jangan – jangan lu di jodohin gitu sama dia ? hahaha”. Kemudian dia langsung
berhenti tertawa setelah aku meng-iya-kan perkataannya. Dan sudah pasti dia
akan memberiku lebih banyak pertanyaan.
TO BE CONTINUE ....
Tidak ada komentar:
Posting Komentar