6
“Ava,cepetan mandi,nanti kita
telat” itu pasti suara fraya. Tapi sedang apa dia pagi – ini di kamar ku ?
Berisik sekali dia ini,mau apa sih pagi – pagi begini.
“Oy,kenapa sih ?” tanyaku
sambil mengerjap – ngerjapkan mataku. Aku meraih ponselku dan berniat melihat
jam. Jam 6 pagi ternyata. APA ? aku bisa telat ke sekolah kalau begini. Aku
buru – buru bangun dan mandi. “Fra,lu kok tumben pagi – pagi gini ada di sini
?” teriak ku dari dalam kamar mandi.
“Elu itu pikun atau gimana sih
? kan kemaren lu yang bilang mau berangkat bareng dan nyuruh gua dateng pagi –
pagi,taunya malah lu yang gak bangun – bangun” aku dapat mendengar nada suara
fraya yang seperti ngedumel.
“Hahah,iya juga sih. sorry ya
fra” ucapku sambil menyengir.
“Ya udah cepetan,entar kita
telat beneran”
“Udah nih” kataku setelah
memakai seragam ku di kamar mandi tentunya sambil menggosok rambutkku yang
basah.
“Eh,lu mandi gak sih ? kok
cepet amat !” tanyanya sambil melempar bantal ke arah ku.
“Tadi gue di suruh
cepetan,sekarang gue udah cepet – cepet malah di bilang gak mandi” ucapku
sambil melempar handuk ke arah nya. Aku segera memasukan beberapa buku ku ke
dalam tas. “Mau sarapan dulu atau langsung berangkat ?” sebenarnya tanpa perlu
bertanya aku sudah tau jawabannya.
“Sarapan dulu dong,kayaknya
bibi juga udah nyiapin sarapan tuh,sayang kan kalo gak di makan” fraya berjalan
ke arah pintu lalu langsung melesat menuju meja makan. Aku hanya tersenyum
melihat kelakuan sahabatku yang satu itu. Yah,setidaknya dia menjadi pengganti
sosok kakak untuk ku.
“Pagi non fraya,non ava. Ayo
dimakan,bibi udah siapkan roti isi keju dan susu. Kesukaan nya non fraya kan ?”
“Iya bi,duh sampe repot – repot
begini siapin buat fraya. Makasih ya bi” ucap fraya sambil duduk dan langsug
memakan roti.
“Siapa bilang bibi siapin buat
lo,ge-er dasar. Ayo bibi juga ikut makan”
“Iya non” bibi duduk di sebelah
ku kami bertiga sarapan dengan tenang. Seandainya aku dan keluarga ku bisa
seperti ini,pasti rasanya akan lebih bahagia.
“Va,lu kenapa ? gak doyan ?
yaudah sini buat gue aja” kata fraya. Aku tidak sadar kalau roti fraya sudah
hamper habis dan aku baru makan 2 gigitan.
“Enggak kok gapapa,gua lagi
menghayati makan aja”
Setelah selesai makan kami
langsung berpamitan pada bibi untuk berangkat sekolah. Aku biasanya berangkat di
antar pak pri,tapi kali ini fraya lah yang mengemudi. Kami sampai di sekolah
tepat waktu.
“Bagus kita gak telat” kata
fraya sambil tertawa. Kami menuju ke kelas dan bercanda sebentar di kelas
sebelum bel masuk di bunyikan.
***~***~***~***~***
“Va,kayaknya siang ini
gue gak bisa main ke rumah lu deh. Gue anterin lu aja ya ?” ucap fraya sambil
tetap mengemudikan mobilnya.
“Oh yaudah,gapapa kok
fra”
“Lu gak mau tau kenapa
?” Tanya nya penuh harap. Dasar fraya.
“Emang kenapa ?”
“Keluarganya dave ngajak
gue lunch siang ini juga” jelasnya
sambil memasang wajah bahagianya itu yang terkadang membuatku ingin
mencubitnya.
“Oke,have fun ya. Jangan
malu – maluin gara – gara lu makan kebanyakan”
“Sip bos. Udah nyampe
nih” ucap fraya. Oh iya,aku sampai lupa.
“Thank you ya fra !”
“No problemo bro. gue jalan dulu ya,bye !”
Lagi – lagi aku hanya di
tinggal bersama bibi. Tapi sepertinya ada yang aneh disini. Itu kan mobil papa
ku dan ada mobil lainnya. Buaknnya 2 hari yang lalu ia baru berangkat ke
Australia ? ah mungkin ada barang yang tertinggal,tapi harusnya papa kan bisa
menyuruh anak buahnya. Ah,aku tidak peduli. Lebih baik aku segera masuk ke
rumah.
Benar saja,orang tuaku
sedang bersama seorang pria yang mungkin seumuran dengan papa yang duduk
bersebelahan dengan seorang wanita kira – kira berumur 40 tahun. Dan ada satu
pria lagi,mungkin umurnya tidak terlalu beda jauh dengan ku dan dia lebih tua
pastinya. Sepertinya aku pernah
melihatnya tapi aku tidak ingat dimana.
“Ava,kemari dulu nak”
papa ku memanggil ku dan semua orang di sana langsung melihat ke arah ku. Aku
duduk di sofa dekat ibu ku. “Ava,kenalin ini om Viki sandi dan tante rossa. Dan
yang itu anaknya,Jerry sandi”. Aku menyalami mereka semua dan mereka tersenyum.
Sepertinya ini tidak biasa. Firasatku mengatakan ada yang tidak beres disini.
“Ava,bagaimana sekolah
mu ?”. Pertanyaan yang membosankan tapi aku tetap haraus menjawabnya.
“Baik om” jawabku
seadanya.
“Kelas berapa kamu
sekarang nak ?” Tanya tante rossa.
“Saya kelas 2 SMA tan”
“Oh,pas kalau begitu.
Oka,sepertinya kita bisa menjadi keluarga nih”. Itu kan nama papa ku,keluarga ?
apa maksudnya ?
“Iya kaira,sepertinya
kita sudah cocok menjadi keluarga. Tinggal mereka saja yang mengatur tanggalnya.
Betulkan ? hahaha”. Mengapa tante rossa membawa – bawa nama ibuku juga ?
‘Jangan
– jangan ini acara perjodohan ! apa – apaan mereka ini !’ umpat
ku dalam hati. Lagipula kenapa mereka tega sekali sih menjodohkan ku dengan
orang yang sama sekali tidak ku kenal. Jadi apa yang harus aku lakukan ? apa
aku harus melarikan diri sekarang juga seperti di sinetron – sinetron ? atau
aku harus menerimanya saja.
“Bagaimana menurut mu va
?” Tanya om viki. Aku menatap wajah orang tuaku yang penuh harap. Aku rasa aku
harus menerimanya saja.
“Kenapa va ? apa kamu
sudah punya pacar ?” Tanya tante rossa dengan intonasi yang mengharapkan aku
menerimanya.
“Bukan begitu tante”
ucap ku agak kikuk.
“Ah,munkin ava hanya
malu kalau kita tanya seperti ini. Lebih baik kita tinggalkan mereka ber-dua dulu
agar mereka bisa lebih dekat” kata papa ku. Kemudian mereka pergi meninggalkan
kami ber-dua di ruang tamu.
Aku hanya diam karena
aku memang tidak tau harus berbicara apa. Lagipula aku bukan tipe orang yang
banyak bicara seperti itu.
“Berapa umur kamu
sekarang ?”. Apa ? dia berbicara menggunakan aku – kamu. Dan cara bicaranya
seakan – akan dia sudah lama mengenalku,lalu aku menghilang dan kita bertemu
lagi. Dia pikir dia ini siapa ?.
“16 tahun dan sorry gue
gak biasa ngomong pake aku – kamu” ucapku seadanya.
“Hahaha,iya gak apa –
apa. Aku jerry,usia kita cuma beda 4 tahun dan aku lebih tua dari kamu” ucapnya
jujur. Kalau begitu usianya sekarang 20 tahun,tidak terlalu tua juga.
“Gue bukan orang yang
gampang jatuh cinta gitu aja,banyak orang yang bilang gue ngebosenin karena gue
terlalu cuek. Gue juga bukan cewe feminim seperti yang kalian harapkan”
jelasku.
“Aku tau” jawabnya
singkat. Tau dari mana dia itu,inikan pertama kalinya kita bertemu.
“Ya terserah lu aja deh.
Oh iya,gue boleh tanya kan ?”
“Iya,tanya apa ?”
jawabnya sambil mengerutkan alis.
“Kenapa lu mau di
jodohin sama orang yang sama sekali gak lu kenal ?” tanyaku to the point.
Dia hanya tersenyum
penuh artian. Aku tidak ahli dalam membaca ekspresi seseorang,tapi aku yakin
setiap orang akan melakukan sesuatu karena ia merasa tertarik dengan satu hal.
Kecuali aku dan apa mungkin kami memiliki alasan yang sama ?.
TO BE CONTINUE ....
Tidak ada komentar:
Posting Komentar