Selasa, 19 Mei 2015

ESCAPE

6

“Ava,cepetan mandi,nanti kita telat” itu pasti suara fraya. Tapi sedang apa dia pagi – ini di kamar ku ? Berisik sekali dia ini,mau apa sih pagi – pagi begini.
“Oy,kenapa sih ?” tanyaku sambil mengerjap – ngerjapkan mataku. Aku meraih ponselku dan berniat melihat jam. Jam 6 pagi ternyata. APA ? aku bisa telat ke sekolah kalau begini. Aku buru – buru bangun dan mandi. “Fra,lu kok tumben pagi – pagi gini ada di sini ?” teriak ku dari dalam kamar mandi.
“Elu itu pikun atau gimana sih ? kan kemaren lu yang bilang mau berangkat bareng dan nyuruh gua dateng pagi – pagi,taunya malah lu yang gak bangun – bangun” aku dapat mendengar nada suara fraya yang seperti ngedumel.
“Hahah,iya juga sih. sorry ya fra” ucapku sambil menyengir.
“Ya udah cepetan,entar kita telat beneran”
“Udah nih” kataku setelah memakai seragam ku di kamar mandi tentunya sambil menggosok rambutkku yang basah.
“Eh,lu mandi gak sih ? kok cepet amat !” tanyanya sambil melempar bantal ke arah ku.
“Tadi gue di suruh cepetan,sekarang gue udah cepet – cepet malah di bilang gak mandi” ucapku sambil melempar handuk ke arah nya. Aku segera memasukan beberapa buku ku ke dalam tas. “Mau sarapan dulu atau langsung berangkat ?” sebenarnya tanpa perlu bertanya aku sudah tau jawabannya.
“Sarapan dulu dong,kayaknya bibi juga udah nyiapin sarapan tuh,sayang kan kalo gak di makan” fraya berjalan ke arah pintu lalu langsung melesat menuju meja makan. Aku hanya tersenyum melihat kelakuan sahabatku yang satu itu. Yah,setidaknya dia menjadi pengganti sosok kakak untuk ku.
“Pagi non fraya,non ava. Ayo dimakan,bibi udah siapkan roti isi keju dan susu. Kesukaan nya non fraya kan ?”
“Iya bi,duh sampe repot – repot begini siapin buat fraya. Makasih ya bi” ucap fraya sambil duduk dan langsug memakan roti.
“Siapa bilang bibi siapin buat lo,ge-er dasar. Ayo bibi juga ikut makan”
“Iya non” bibi duduk di sebelah ku kami bertiga sarapan dengan tenang. Seandainya aku dan keluarga ku bisa seperti ini,pasti rasanya akan lebih bahagia.
“Va,lu kenapa ? gak doyan ? yaudah sini buat gue aja” kata fraya. Aku tidak sadar kalau roti fraya sudah hamper habis dan aku baru makan 2 gigitan.
“Enggak kok gapapa,gua lagi menghayati makan aja”
Setelah selesai makan kami langsung berpamitan pada bibi untuk berangkat sekolah. Aku biasanya berangkat di antar pak pri,tapi kali ini fraya lah yang mengemudi. Kami sampai di sekolah tepat waktu.
“Bagus kita gak telat” kata fraya sambil tertawa. Kami menuju ke kelas dan bercanda sebentar di kelas sebelum bel masuk di bunyikan.

***~***~***~***~***
“Va,kayaknya siang ini gue gak bisa main ke rumah lu deh. Gue anterin lu aja ya ?” ucap fraya sambil tetap mengemudikan mobilnya.
“Oh yaudah,gapapa kok fra”
“Lu gak mau tau kenapa ?” Tanya nya penuh harap. Dasar fraya.
“Emang kenapa ?”
“Keluarganya dave ngajak gue lunch siang ini juga” jelasnya sambil memasang wajah bahagianya itu yang terkadang membuatku ingin mencubitnya.
“Oke,have fun ya. Jangan malu – maluin gara – gara lu makan kebanyakan”
“Sip bos. Udah nyampe nih” ucap fraya. Oh iya,aku sampai lupa.
“Thank you ya fra !”
No problemo bro. gue jalan dulu ya,bye !”
Lagi – lagi aku hanya di tinggal bersama bibi. Tapi sepertinya ada yang aneh disini. Itu kan mobil papa ku dan ada mobil lainnya. Buaknnya 2 hari yang lalu ia baru berangkat ke Australia ? ah mungkin ada barang yang tertinggal,tapi harusnya papa kan bisa menyuruh anak buahnya. Ah,aku tidak peduli. Lebih baik aku segera masuk ke rumah.
Benar saja,orang tuaku sedang bersama seorang pria yang mungkin seumuran dengan papa yang duduk bersebelahan dengan seorang wanita kira – kira berumur 40 tahun. Dan ada satu pria lagi,mungkin umurnya tidak terlalu beda jauh dengan ku dan dia lebih tua pastinya.  Sepertinya aku pernah melihatnya tapi aku tidak ingat dimana.
“Ava,kemari dulu nak” papa ku memanggil ku dan semua orang di sana langsung melihat ke arah ku. Aku duduk di sofa dekat ibu ku. “Ava,kenalin ini om Viki sandi dan tante rossa. Dan yang itu anaknya,Jerry sandi”. Aku menyalami mereka semua dan mereka tersenyum. Sepertinya ini tidak biasa. Firasatku mengatakan ada yang tidak beres disini.
“Ava,bagaimana sekolah mu ?”. Pertanyaan yang membosankan tapi aku tetap haraus menjawabnya.
“Baik om” jawabku seadanya.
“Kelas berapa kamu sekarang nak ?” Tanya tante rossa.
“Saya kelas 2 SMA tan”
“Oh,pas kalau begitu. Oka,sepertinya kita bisa menjadi keluarga nih”. Itu kan nama papa ku,keluarga ? apa maksudnya ?
“Iya kaira,sepertinya kita sudah cocok menjadi keluarga. Tinggal mereka saja yang mengatur tanggalnya. Betulkan ? hahaha”. Mengapa tante rossa membawa – bawa nama ibuku juga ?
‘Jangan – jangan ini acara perjodohan ! apa – apaan mereka ini !’ umpat ku dalam hati. Lagipula kenapa mereka tega sekali sih menjodohkan ku dengan orang yang sama sekali tidak ku kenal. Jadi apa yang harus aku lakukan ? apa aku harus melarikan diri sekarang juga seperti di sinetron – sinetron ? atau aku harus menerimanya saja.
“Bagaimana menurut mu va ?” Tanya om viki. Aku menatap wajah orang tuaku yang penuh harap. Aku rasa aku harus menerimanya saja.
“Kenapa va ? apa kamu sudah punya pacar ?” Tanya tante rossa dengan intonasi yang mengharapkan aku menerimanya.
“Bukan begitu tante” ucap ku agak kikuk.
“Ah,munkin ava hanya malu kalau kita tanya seperti ini. Lebih baik kita tinggalkan mereka ber-dua dulu agar mereka bisa lebih dekat” kata papa ku. Kemudian mereka pergi meninggalkan kami ber-dua di ruang tamu.
Aku hanya diam karena aku memang tidak tau harus berbicara apa. Lagipula aku bukan tipe orang yang banyak bicara seperti itu.
“Berapa umur kamu sekarang ?”. Apa ? dia berbicara menggunakan aku – kamu. Dan cara bicaranya seakan – akan dia sudah lama mengenalku,lalu aku menghilang dan kita bertemu lagi. Dia pikir dia ini siapa ?.
“16 tahun dan sorry gue gak biasa ngomong pake aku – kamu” ucapku seadanya.
“Hahaha,iya gak apa – apa. Aku jerry,usia kita cuma beda 4 tahun dan aku lebih tua dari kamu” ucapnya jujur. Kalau begitu usianya sekarang 20 tahun,tidak terlalu tua juga.
“Gue bukan orang yang gampang jatuh cinta gitu aja,banyak orang yang bilang gue ngebosenin karena gue terlalu cuek. Gue juga bukan cewe feminim seperti yang kalian harapkan” jelasku.
“Aku tau” jawabnya singkat. Tau dari mana dia itu,inikan pertama kalinya kita bertemu.
“Ya terserah lu aja deh. Oh iya,gue boleh tanya kan ?”
“Iya,tanya apa ?” jawabnya sambil mengerutkan alis.
“Kenapa lu mau di jodohin sama orang yang sama sekali gak lu kenal ?” tanyaku to the point.


Dia hanya tersenyum penuh artian. Aku tidak ahli dalam membaca ekspresi seseorang,tapi aku yakin setiap orang akan melakukan sesuatu karena ia merasa tertarik dengan satu hal. Kecuali aku dan apa mungkin kami memiliki alasan yang sama ?.

TO BE CONTINUE ....

Tidak ada komentar:

Posting Komentar