10
Aku memelototi fraya
yang seenaknya bicara. Sial ! seharusnya aku sudah melupakan semua itu. Semua
masa – masa kelamku ketika semua orang memandang ku sebagai mesin penghancur
yang harus di hindari. Ketika aku kelas 2 SMP,aku termasuk dalam daftar teratas
blacklist di sekolahku dulu.
“Wiiiss,kalo
mau lewat lo mesti bayar dulu sama gue” ucap anak itu dan satu rekannya yang
lain mencegat ku di belakangku. Kalau tidak salah mereka adalah anggota geng
preman di kelas 3.
“Gak
! awas gue mau lewat !” ucapku dengan nada sedikit tinggi.
“Lu
harus bayar dulu ke kita,ngerti gak !” ucap orang di belakangku sambil mendorongku.
Aku berusaha menahan emosiku.
“Sorry,gue
lagi gak mau berantem” balasku sambil berusaha menghindar dari mereka.
“Berantem
? coba aja kalo berani” ucap orang di depanku sambil menaik tas ku dan
membuangnya ke sembarang arah. Aku tidak dapat menahan emosiku lagi. Aku pun
menarik kemejanya sampai beberapa kancingnya terlepas lalu meninjunya hingga
membuat ia mimisan.
Rekannya
pun menyerangku dengan sebongkah kayu yang meleset dan akhirnya mengenai
wajahnya sendiri. Aku tidak ingin memperpanjang masalah ini dan lebih memilih
untuk segera pergi setelah mengambil tasku.
Keesokan
harinya,aku tidak menyangka kalau ketua geng tresebut yang akan berhadapan
denganku di lapangan sekolah. Yang ku ketahui namanya adalah gilang. Dia ingin
membalas kejadian yang terjadi kepada kedua anggota gengnya. Aku tau,dia
bermaksud mempermalukanku di depan semua orang jika aku kalah bertarung
dengannya.
Dia
menendang perutku. Keuntungan masih berpihak kepadaku karena aku yang sedang
berseragam orahraga sehingga mempermudahku untuk melakukan beberapa pukulan dan
tendangan. Dia menatapku penuh kemenangan. ‘cih ! lihat saja nanti !’ aku
menahan sakit dan meninju hidungnya hingga mengeluarkan darah. Aku menggunakan
kesempatan saat ia memegangi hidungnya dengan menendang lututnya dan akhirnya
ia jatuh tersungkur.
Siswa
lain hanya diam melihat kami karena mereka semua tidak berani ikut campur. Dan
saat itu juga aku menendang kepalanya hingga wajahnya menyentuh tanah. Ia
berbalik dan memegang kaki kananku. Namun ia tidak bsa mengindar ketika kaki
kiriku menghantam mulutnya dan seperti terdengar sesuatu yang patah disana.
Kejadian itu membuat para siswi menjerit,ada juga siswa yang bersorak penuh
kemenangan ketika ada yang berhasih membuat ketua preman kalah.
“Baru
segitu aja udah pingsan ! mana yang katanya lo ketua preman ! cih !” aku
membuang ludahku ke mukanya sebelum dia pingsan. Tiba – tiba para guru datang
dan menyeretku ke ruang BK. Aku tidak membela diriu sama sekali ketika semua
guru membawaku ke ruang BK. Aku yang saat itu sedang kalut dengan emosi memilih
diam dan akhirnya aku di skors selama 1 minggu.
Aku sadar dari lamunanku
dan segera menghabiskan jus ku. Kenangan itu kembali berputar di kepalaku.
Ketika aku tidak memiliki seorang temanpun kecuali fraya. Itu pun fraya berbeda
sekolah dengan ku. Namun keadaannnya sedikit membaik ketika aku SMA dan satu
sekolah lagi dengan fraya. Ia sering kali membuyarkan amarahku dan membuatku
kembali tertawa.
Jerry masih menaikan
sebelah alisnya seperti meminta penjelasan tentang perkataan fraya barusan.
“Kamu pernah berantem va ?” tanyanya.
“Ya pernah lah ! dia itu
dulu…..”
“Enggak kok,itu mah si
fraya aja yang kebanyakan mengkhayal” untung saja aku memotong perkataan fraya
sebelum jerry mendengar semuanya. Cukup sudah,aku tidak ingin menginggatnya.
***~***~***~***
Pagi ini aku sudah
bersiap kesekolah dan sedang menyantap sarapanku di ruang makan sampai jerry
datang untuk menjemputku. Aku menenggak minumanku dan pamit pada bibi. Aku
duduk di sebelah jerry yang sedang mengemudi. Ketika mobil yang ku tumpangi
sudah pergi beberapa meter dari rumah ku,aku baru ingat kalau aku belum memberi
tahu sekolahku.
“Jer,lu tau sekolah gue
?” tanyaku.
“Tau kok,tante kaira
udah kasih tau aku” jawabnya sambil tetap melihat kedepan. “Kamu nanti pulang
jam berapa ?” ucapnya.
“Jam 3,gue ekskul dulu”.
Tak begitu lama,mobil ini memasuki gerbang sekolahku. “Thank you jer” ucapku
lalu turun dari mobil dan langsung menuju kelas. Kelasku yang terletak di
lantai 3 dapat memudahkanku untuk melihat keluar jendela.
Dari sini aku dapat
melihat segerombolan orang yang mengendarai motor berhenti di depan sekolahku.
Dan sepertinya aku mengenal salah satu dari mereka. Aku tidak mempercayai
pandanganku,dia adalah ketua geng yang berkelahi dengan ku saat SMP dulu. ‘Mau apa dia disni’ batinku.
“HOII !” teriak
seseorang di telingaku. Aku refleks membalikan badanku dan meninju perutnya
hingga dia meringis kesakitan. “Ava ! lu gila ya temen sendiri aja lu tonjok
gini. Gimana nanti kalo sarapan gue keluar semua ?” balasnya sambil tetap memegangi
perutnya.
Ini dia satu lagi
temanku disini. Namanya Alvin Naftali,usianya 1 tahun lebih tua dariku. Dia
adalah ketua tim basket di sekolahku. Prestasinya yang bagus di bidang akademik
dan olahraga serta wajahnya yang lumayan membuatnya sebagai cowo idola di
sekolahku. Tapi jangan kalian sangka aku yang mendekatinya duluan,justru malah
dia yang sering menggangu ku sejak kelas 1 SMA. Alhasil,bayak fans nya yang
melihatku tidak senang.
“Mau apa sih lu pagi –
pagi gini ? masih kurang tinju gue ?” ucapku sambil duduk kembali di bangkuku.
“Gapapa,mau main aja ke
tempat lu. By the way katanya lu sakit ya sampe gak masuk gitu ?” tanyanya sok
perhatian sambil memegang dahiku. Cih !
“Heh ! sono lu vin,gue
lagi males di liatin sama fans – fans lu pagi – pagi gini” ucapku sambil
mendorong punggungnya. Saat aku berusaha menyingkirkanya,aku melihat sepasang
mata yang melihat sedih ke arah kami. Bukan kan dia siswi yang di skors waktu
itu ? kenapa dia ? apa jangan – jangan dia juga tersamsuk salah satu fans si
Alvin ini ?
“Hahaha,iyaudah. Nanti
istirahat gue traktir bakmie deh di kantin. Gimana ?” tawarnya.
“Terserah lu deh,jangan
lupa sama temen gue yang satu itu ya” ucapku sambil menunjuk fraya yang
mendekat kearah kami. Alvin mengacungkan
jempol tanda setuju. Bel masuk berbunyi dan kami kembali belajar di kelas
seperti biasa.
***~***~***~***
Aku meningalkan kelas ku
dan langsung menuju ruang musik. 2 minggu lagi sekolahku mengadakan pentas seni
dan aku diminta untuk mengisi acara tersebut sebagai pemain piano dan membawakan
lagu Jessie j yang berjudul Flashlight. Aku tidak sendirian tentunya. Fraya pun
ikut ambil bagian sebagai pemain biola.
Dan yang ku ketahui ada
orang yang akan menyanyi juga,tapi kami belum di beri tahu siapa. Ketika aku
sampai di ruang musik,seluruh anggota klub ini sudah berkumpul. Mungkin mereka
sedang menungguku.
“Baik,semuanya sudah
berkumpul disini. Saya akan melanjutan rapat kita yang kemarin,oh iyaa
khususnya untuk ava dan fraya” ucap kak jonathan. Dia adalah ketua klub ini.
“Saya akan perkenalkan anggota baru kita” kemudian dia menunjuk seseorang yang
wajahnya sudah ku kenali.
“Perkenalkan,nama saya
Ryou Yuki Elena dan kalian bisa panggil saya Yuki” ucapnya. “Saya kelas 11 B
ipa” lanjutnya.
“Oke,cukup sekian
perkenalannya,kamu boleh duduk kembali yuki. Kalian yang mau berkenalan atau
minta nomor telefon nanti aja ya” jelas kak jo sambil tertawa. “Sekarang,kalian
latihan sesuai dengan apa yang kita bicarakan kemarin. Saya ada urusan
mendadak,jadi gak bisa ada disini. Good luck ya semua”
Aku langsung mendekatkan
kursiku ke fraya,cukup mudah karena kursi ini memiliki roda di bawahnya.
“Fra,lu masih kenal dia kan ?” bisikku sambil menujuk sembunyi – sembunyi ke
arah yuki.
“Iya inget,kenapa ?”
“Gak nyangka ya,sekolah
ini sempit banget sampe harus ketemu dia lagi” balasku sambil tertawa.
“Udah ah,yuk latihan”
ucapnya sambil menyeretku ke piano. Dia mengeluarkan biola dari dala tasnya.
Dia juga memanggil yuki untuk berlatih dengan kami.
***~***~***~***
“Yuk pulang” ajak fraya.
“Sorry fra,gue udah di
jemput. Lain kali ya !” ucapku. Fraya mengangguk dan langsung menjalankan
mobilnya meninggalkan sekolah ini.
Sedangkan aku masuk ke
dalam mobil yang menjemputku. Seperti yang ku katakan waktu itu,jerry
menjemputku hari ini. Dia memakai setelan kemeja resmi yang lengkap dengan
dasi. Lengan kemejanya di gulung sampai siku dan membuat otot di tangannya yang
lebih besar dari tanganku terlihat. Ketika aku memakai sabuk pengamanku,jerry
baru saja selesai berbicara dengan seseorang di telfon.
“Va,kayaknya kita mesti
ke kantor ku dulu deh. Ada yang ketinggalan soalnya. Gapapa kan ?” tanyanya.
“Terserah,yang
penting gue nyampe rumah dengan selamat” jawabku.TO BE CONTINUE....