Minggu, 21 Juni 2015

ESCAPE

10


Aku memelototi fraya yang seenaknya bicara. Sial ! seharusnya aku sudah melupakan semua itu. Semua masa – masa kelamku ketika semua orang memandang ku sebagai mesin penghancur yang harus di hindari. Ketika aku kelas 2 SMP,aku termasuk dalam daftar teratas blacklist di sekolahku dulu.


“Wiiiss,kalo mau lewat lo mesti bayar dulu sama gue” ucap anak itu dan satu rekannya yang lain mencegat ku di belakangku. Kalau tidak salah mereka adalah anggota geng preman di kelas 3.
“Gak ! awas gue mau lewat !” ucapku dengan nada sedikit tinggi.
“Lu harus bayar dulu ke kita,ngerti gak !” ucap orang di belakangku sambil mendorongku. Aku berusaha menahan emosiku.
“Sorry,gue lagi gak mau berantem” balasku sambil berusaha menghindar dari mereka.
“Berantem ? coba aja kalo berani” ucap orang di depanku sambil menaik tas ku dan membuangnya ke sembarang arah. Aku tidak dapat menahan emosiku lagi. Aku pun menarik kemejanya sampai beberapa kancingnya terlepas lalu meninjunya hingga membuat ia mimisan.
Rekannya pun menyerangku dengan sebongkah kayu yang meleset dan akhirnya mengenai wajahnya sendiri. Aku tidak ingin memperpanjang masalah ini dan lebih memilih untuk segera pergi setelah mengambil tasku.
Keesokan harinya,aku tidak menyangka kalau ketua geng tresebut yang akan berhadapan denganku di lapangan sekolah. Yang ku ketahui namanya adalah gilang. Dia ingin membalas kejadian yang terjadi kepada kedua anggota gengnya. Aku tau,dia bermaksud mempermalukanku di depan semua orang jika aku kalah bertarung dengannya.
Dia menendang perutku. Keuntungan masih berpihak kepadaku karena aku yang sedang berseragam orahraga sehingga mempermudahku untuk melakukan beberapa pukulan dan tendangan. Dia menatapku penuh kemenangan. ‘cih ! lihat saja nanti !’ aku menahan sakit dan meninju hidungnya hingga mengeluarkan darah. Aku menggunakan kesempatan saat ia memegangi hidungnya dengan menendang lututnya dan akhirnya ia jatuh tersungkur.
Siswa lain hanya diam melihat kami karena mereka semua tidak berani ikut campur. Dan saat itu juga aku menendang kepalanya hingga wajahnya menyentuh tanah. Ia berbalik dan memegang kaki kananku. Namun ia tidak bsa mengindar ketika kaki kiriku menghantam mulutnya dan seperti terdengar sesuatu yang patah disana. Kejadian itu membuat para siswi menjerit,ada juga siswa yang bersorak penuh kemenangan ketika ada yang berhasih membuat ketua preman kalah.
“Baru segitu aja udah pingsan ! mana yang katanya lo ketua preman ! cih !” aku membuang ludahku ke mukanya sebelum dia pingsan. Tiba – tiba para guru datang dan menyeretku ke ruang BK. Aku tidak membela diriu sama sekali ketika semua guru membawaku ke ruang BK. Aku yang saat itu sedang kalut dengan emosi memilih diam dan akhirnya aku di skors selama 1 minggu.


Aku sadar dari lamunanku dan segera menghabiskan jus ku. Kenangan itu kembali berputar di kepalaku. Ketika aku tidak memiliki seorang temanpun kecuali fraya. Itu pun fraya berbeda sekolah dengan ku. Namun keadaannnya sedikit membaik ketika aku SMA dan satu sekolah lagi dengan fraya. Ia sering kali membuyarkan amarahku dan membuatku kembali tertawa.
Jerry masih menaikan sebelah alisnya seperti meminta penjelasan tentang perkataan fraya barusan. “Kamu pernah berantem va ?” tanyanya.
“Ya pernah lah ! dia itu dulu…..”
“Enggak kok,itu mah si fraya aja yang kebanyakan mengkhayal” untung saja aku memotong perkataan fraya sebelum jerry mendengar semuanya. Cukup sudah,aku tidak ingin menginggatnya.
***~***~***~***
Pagi ini aku sudah bersiap kesekolah dan sedang menyantap sarapanku di ruang makan sampai jerry datang untuk menjemputku. Aku menenggak minumanku dan pamit pada bibi. Aku duduk di sebelah jerry yang sedang mengemudi. Ketika mobil yang ku tumpangi sudah pergi beberapa meter dari rumah ku,aku baru ingat kalau aku belum memberi tahu sekolahku.
“Jer,lu tau sekolah gue ?” tanyaku.
“Tau kok,tante kaira udah kasih tau aku” jawabnya sambil tetap melihat kedepan. “Kamu nanti pulang jam berapa ?” ucapnya.
“Jam 3,gue ekskul dulu”. Tak begitu lama,mobil ini memasuki gerbang sekolahku. “Thank you jer” ucapku lalu turun dari mobil dan langsung menuju kelas. Kelasku yang terletak di lantai 3 dapat memudahkanku untuk melihat keluar jendela.
Dari sini aku dapat melihat segerombolan orang yang mengendarai motor berhenti di depan sekolahku. Dan sepertinya aku mengenal salah satu dari mereka. Aku tidak mempercayai pandanganku,dia adalah ketua geng yang berkelahi dengan ku saat SMP dulu. ‘Mau apa dia disni’  batinku.
“HOII !” teriak seseorang di telingaku. Aku refleks membalikan badanku dan meninju perutnya hingga dia meringis kesakitan. “Ava ! lu gila ya temen sendiri aja lu tonjok gini. Gimana nanti kalo sarapan gue keluar semua ?” balasnya sambil tetap memegangi perutnya.
Ini dia satu lagi temanku disini. Namanya Alvin Naftali,usianya 1 tahun lebih tua dariku. Dia adalah ketua tim basket di sekolahku. Prestasinya yang bagus di bidang akademik dan olahraga serta wajahnya yang lumayan membuatnya sebagai cowo idola di sekolahku. Tapi jangan kalian sangka aku yang mendekatinya duluan,justru malah dia yang sering menggangu ku sejak kelas 1 SMA. Alhasil,bayak fans nya yang melihatku tidak senang.
“Mau apa sih lu pagi – pagi gini ? masih kurang tinju gue ?” ucapku sambil duduk kembali di bangkuku.
“Gapapa,mau main aja ke tempat lu. By the way katanya lu sakit ya sampe gak masuk gitu ?” tanyanya sok perhatian sambil memegang dahiku. Cih !
“Heh ! sono lu vin,gue lagi males di liatin sama fans – fans lu pagi – pagi gini” ucapku sambil mendorong punggungnya. Saat aku berusaha menyingkirkanya,aku melihat sepasang mata yang melihat sedih ke arah kami. Bukan kan dia siswi yang di skors waktu itu ? kenapa dia ? apa jangan – jangan dia juga tersamsuk salah satu fans si Alvin ini ?
“Hahaha,iyaudah. Nanti istirahat gue traktir bakmie deh di kantin. Gimana ?” tawarnya.
“Terserah lu deh,jangan lupa sama temen gue yang satu itu ya” ucapku sambil menunjuk fraya yang mendekat kearah kami.  Alvin mengacungkan jempol tanda setuju. Bel masuk berbunyi dan kami kembali belajar di kelas seperti biasa.
***~***~***~***
Aku meningalkan kelas ku dan langsung menuju ruang musik. 2 minggu lagi sekolahku mengadakan pentas seni dan aku diminta untuk mengisi acara tersebut sebagai pemain piano dan membawakan lagu Jessie j yang berjudul Flashlight. Aku tidak sendirian tentunya. Fraya pun ikut ambil bagian sebagai pemain biola.
Dan yang ku ketahui ada orang yang akan menyanyi juga,tapi kami belum di beri tahu siapa. Ketika aku sampai di ruang musik,seluruh anggota klub ini sudah berkumpul. Mungkin mereka sedang menungguku.
“Baik,semuanya sudah berkumpul disini. Saya akan melanjutan rapat kita yang kemarin,oh iyaa khususnya untuk ava dan fraya” ucap kak jonathan. Dia adalah ketua klub ini. “Saya akan perkenalkan anggota baru kita” kemudian dia menunjuk seseorang yang wajahnya sudah ku kenali.
“Perkenalkan,nama saya Ryou Yuki Elena dan kalian bisa panggil saya Yuki” ucapnya. “Saya kelas 11 B ipa” lanjutnya.
“Oke,cukup sekian perkenalannya,kamu boleh duduk kembali yuki. Kalian yang mau berkenalan atau minta nomor telefon nanti aja ya” jelas kak jo sambil tertawa. “Sekarang,kalian latihan sesuai dengan apa yang kita bicarakan kemarin. Saya ada urusan mendadak,jadi gak bisa ada disini. Good luck ya semua”
Aku langsung mendekatkan kursiku ke fraya,cukup mudah karena kursi ini memiliki roda di bawahnya. “Fra,lu masih kenal dia kan ?” bisikku sambil menujuk sembunyi – sembunyi ke arah yuki.
“Iya inget,kenapa ?”
“Gak nyangka ya,sekolah ini sempit banget sampe harus ketemu dia lagi” balasku sambil tertawa.
“Udah ah,yuk latihan” ucapnya sambil menyeretku ke piano. Dia mengeluarkan biola dari dala tasnya. Dia juga memanggil yuki untuk berlatih dengan kami.
***~***~***~***
“Yuk pulang” ajak fraya.
“Sorry fra,gue udah di jemput. Lain kali ya !” ucapku. Fraya mengangguk dan langsung menjalankan mobilnya meninggalkan sekolah ini.
Sedangkan aku masuk ke dalam mobil yang menjemputku. Seperti yang ku katakan waktu itu,jerry menjemputku hari ini. Dia memakai setelan kemeja resmi yang lengkap dengan dasi. Lengan kemejanya di gulung sampai siku dan membuat otot di tangannya yang lebih besar dari tanganku terlihat. Ketika aku memakai sabuk pengamanku,jerry baru saja selesai berbicara dengan seseorang di telfon.
“Va,kayaknya kita mesti ke kantor ku dulu deh. Ada yang ketinggalan soalnya. Gapapa kan ?” tanyanya.
“Terserah,yang penting gue nyampe rumah dengan selamat” jawabku.

TO BE CONTINUE....

Rabu, 10 Juni 2015

ESCAPE

9


Aku sedang berada di mobil dan bersiap untuk pulang. “Udah siap ? gak ada barang – barang yang tertinggal kan ?” tanya orang itu.
Aku menggeleng dan memasang earphone yang tersambung ke handphone ku. Aku memutar lagu alive yang di nyanyikan oleh krewella. Aku sangat menyukai electronic dance music. Mendengarkan EDM membuat mood-ku lebih bagus. Jarak rumahku dan rumah sakit ini tidak terlalu jauh,jadi dapat di jangkau dengan 15 menit.
Yah,kalian tau supir ku sedang cuti dan jerry yang akan mengantar jemput ku. Ia membawa tasku yang berisi beberapa baju dan obat – obatan masuk ke dalam,padahal aku bisa sendiri melakukaknnnya. Cuma karena ia sudah mengambilnya duluan,jadi aku tidak akan merebutnya lagi. Aku duduk sebentar di ruang keluarga yang diikuti jerry. Ia meletakan tasku di sebelah meja yang terletak di depan televisi.
Aku menyalakan televisi dan jerry duduk di sebelahku. Ia sedang memperhatikan beberapa foto yang di letakan di dinding. “Itu siapa ?” tanya jerry sambil menunjuk foto keluargaku.
“Yang mana ?”
“Cowo yang pake kaos putih dan celana jeans di antara kamu dan om oka itu”
“Oh itu kakak gue,kenapa emang ?” balasku.
“Kayaknya aku gak pernah melihat dia” ucapnya sambil menatapku.
“Dia tinggal di jerman sejak dia berusia 10 tahun dan gue berusia 4 tahun. Dia balik kesini sekitar 6 bulan sekali. Dan sekarang dia sudah punya pekerjaan disana jadi dia akan semakin jarang kesini” jelasku. Jerry menganggukan kepalanya dan mengalihkan pasndangannya ke tv.
Aku beranjak menuju taman belakang. Disana aku menemukan fuko dan kucing kesayangan ku,lusi. Aku dan fuko hanya saling bertukar senyum tanpa berbicara. Kemudian aku mengelus – elus punggung lusi ketika dia menghampiri kaki ku.
“Ava,fuko mau bicara sesuatu” ucapnya sambil tersenyum.
“Ada apa ?” aku menghamipinya dan duduk di bangku sebelah fuko.
“Fuko….fuko mungkin akan menemui kakak”
“Hah ? kenapa ?” apa ini berarti fuko…. Ah jangan sampai itu terjadi.
“Fuko kangen kakak. Kakak pasti juga kangen fuko,fuko sudah berjanji akan merangkai kelopak bunga ini menjadi sebuah bunga yang cantik dengan kakak” jawabnya sambil menunjukan kertas origami yang sudah di bentuk menjadi kelopak – kelopak bunga.
“Tapi,gimana dengan aku ?”
“Fuko yakin,ava pasti memiliki banyak teman sekarang. Sebetulnya fuko ingin pergi sejak lama,tapi fuko menunggu ava memiliki banyak teman. Dan fuko rasa sekarang sudah saatnya” fuko tersenyum kepadaku.
Pipiku mulai basah karena air mataku. Fuko selalu menemani ku di saat apapun,dia yang mengajariku tentang berteman,dia teman pertama ku. Dia yang… ah aku tidak bisa menggambarkan semua itu dengan kata – kata. “Baiklah jika itu keputusan kamu,tapi aku mohon jangan lupakan aku ya…” aku memeluk fuko namun lama kelamaan badannya mulai kehilangan bentuknya. Aku makin menangis menjadi – jadi.
“Ava harus janji ya kalo ava akan jaga diri baik – baik. Fuko gak mau melihat ava sakit lagi. Fuko tau,dia adalah orang yang baik yang akan mencintai ava. Ava jangan menangis lagi,fuko harus pergi. Kakak sudah menunggu,sampai jumpa ava….” tubuh itu berubah menjadi serpihan cahaya yang hilang bersamaan dengan angin.
Aku menangis terduduk dan terdengar sedikit menjerit. Bahkan aku masih dapat melihat senyumnya terakhir kali. Ada salah satu kelopak bunga yang jatuh di hadapanku,aku mengambilnya. Ini mungkin adalah kenangan terakhirnya untuku. Rasanya aku tidak bisa berhenti menanggis.
“Ava !” suara itu,jerry. Dia menghampiriku dan duduk di hadapanku. “Kenapa kamu ? apa kamu masih sakit ?” dia mengangkat wajahku yang tertunduk dan aku dapat melihat ekspresi khawatir di wajahnya.
Aku mencoba menghentikan tangisan ku tapi hasilnya nihil. Aku malah merasa semakin sedih tapi aku tidak bisa mengatakan yang sebenarnya kepada jerry. “Gu..gue gapapa” jawabku di tengah tangisanku.
“Tapi kenapa kamu bisa nangis kayak gini ?”
Semakin jerry berbicara rasanya membuatku semakin ingin menangis. ‘Kenapa aku bisa selemah ini ?’ batinku. Jerry membawaku ke sofa dan membiarkanku menangis tanpa pertanyaannya. Kepalaku mulai terasa pusing dan aku mulai mengantuk. Aku kehilangan kesadaranku.

Jery Sandi

Aku tau mengapa ava dapat menangis seperti ini. Tadi aku menemukannya di taman belakang rumahnya,ia seperti sedang berbicara sesuatu lalu tiba – tiba dia menangis dan mungkin sedikit menjerit seperti orang kesakitan. Semakin ku tanya tangisannya semakin menjadi – jadi. Aku membawanya ke ruang keluarganya dan sekarang ia tertidur di sebelahku.
“Lho ? kenapa ini nak jerry ?” tanya bibi. Aku sudah mengenalnya ketika aku berada di rumah ava untuk mengambilkan obatnya.
“Ava mungkin masih cape bi,dia kan baru pulang dari rumah sakit” jelasku.
“Oh.. nak jerry mau minum apa ? biar bibi buatkan”
“Apa aja bi,hehehe”
“Bibi tinggal dulu ya” kemudian bibi pergi meninggalkan kami. Aku membetulkan posisi tidur ava agar ia lebih nyaman. Aku mungkin akan menunggu ava sampai dia bangun. Sebenarnya aku sudah lulus dari kuliahku. Di usia 20 tahun aku dapat menamatkan kuliah ku sebagai seorang sarjana mungkin terbilang cepat. Aku hanya belajar 5 tahun saat SD dan 2 tahun saat SMP. Sebenarnya saat SMA aku pun dapat bersekolah hanya 2 tahun,namun aku tidak ingin mempercepat masa SMA ku.
Aku mengambil jurusan Teknologi Informatika (IT) di jerman. Aku saat ini bekerja di perusahaan ayahku di bidang software. Awalnya aku menolak bekerja di perusaahan keluarga,namun aku adalah anak satu – satunya yang harus mewarisi perusahaan ayahku kelak. Lagipula tidak ada salahnya meneruskan bisnis keluarga. Mungkin banyak orang mengira bekerja di perusahaan milik keluarga itu terlalu mudah,menurutku tidak juga karena lebih sulit mempertahankan dari pada membuat. Aku pun tidak akan membuang semua usaha ayahku begitu saja. Dan pekerjaan ku tidak banyak menyita waktuku jadi aku masih dapat melakukan aktifitas yang aku suka.
Sudah 2 jam aku duduk di sofa sambil membaca buku dan sesekali melihat ava. Daripada aku bosan disni lebih baik aku pergi ke tempat yang sering ku kunjungi dulu. Yap ! taman belakang rumah ava. Saat aku masih kecil,aku sering bermain ke tempat ini,namun saat aku berusia 16 tahun aku harus pergi bersama orang tuaku ke jerman untuk meneruskan sekolah ku. Dan aku baru kembali ke Indonesia sekitar 1 tahun yang lalu. Aku rindu tempat ini.

Ava Nagisa Yora

Aku mengerjap – ngerjapkan mata ku yang terasa seikit berat. Aku melirik jam dinding yang sudah menunjukan pukul 2 siang. Sudah 2 jam semenjak aku berada di rumah ini. Aku berusaha bangun dan melihat bayangan ku di tv. Mataku bengkak seperti habis menangis,namun aku tidak ingat apa – apa. Kepalaku masih terasa pusing.
“Non ava sudah bangun ? tadi ada nak jerry disini” jelas bibi.
“Terus dia kemana sekarang ? kayaknya jaket sama handphone nya masih ada”
“Nak jerry lagi ke toilet mungkin,dia dari tadi menunggu non ava bangun”. Aku melihat sekelilingku dan akhirnya aku melihatnya sedang berjalan kearah kami.”Tuh dia orang nya non,bibi tinggal ke dapur dulu ya,biar bibi masakin bubur buat non ava” bibi kemudian pergi dan jerry duduk di sebelahku.
“Gimana ? udah mendingan ?” tanyanya yang ku balas dengan anggukan. “Kamu kenapa tadi ?”
“Gatau,gue gak inget apapun” jawabku jujur.
“Oh yaudah kamu istirahat aja,kamu mau makan apa ? biar aku beliin”
“Gak usah,tadi bibi udah masak kok” tolakku. Handphone ku berbunyi da nada nama fraya tertera di layarnya. “Halo ?”
“Ava lu udah pulang kan ? oke kalo gitu gue kerumah lu sekarang juga. Gue lagi di jalan dan bentar lagi nyampe,jadi gak ada penolakan ya !” ucapnya yang mirip rapper.
“Fra,tapi….” Tut–tut-tut. Dia itu sembarangan saja menelfon orang lalu menutupnya !
Tidak lama kemudian sesosok manusia dengan baju seragam sekolah datang di hadapanku sambil membawa sesuatu. Jerry menatapnya heran tapi tidak bagiku. Ya…karena aku sudah sangat mengenalnya.
“Ava ! wiiih,keliatannya udah sehat nih ! oh iya,ini gue bawain jus stroberi sama brownies”
“Iya,thank you fra” ucapku sambil meminum jus itu.

“Eh ini jerry kan ?” tanyanya yang ku jawab dengan anggukanku. “Makin deket aja ya kalian ! hahaha,baru kali ini gue ngeliat ava rela deket – deket sama cowo kalo bukan lagi berantem” lanjutnya.

TO BE CONTINUE....

Kamis, 04 Juni 2015

ESCAPE



  8


Aku minum segelas air sebelum aku menceritakan hal yang baru saja terjadi tadi. “Gue juga sebenernya gatau apa – apa tentang dia. Pas tadi gue diajak ngobrol sama keluarganya pun itu baru pertama kalinya gue ketemu mereka. Cuma kayaknya gue sedikit gak asing sama jerry” ucapku sambil memperhatikan infus di lengan ku.

“Jadi lu ngerasa lu pernah ngeliat atau ketemu dia di suatu tempat yang lu gak inget ?” jawab fraya dengan nada seorang detektif.

“Ya kurang lebih begitu sih”

“Hmm,apa dia temen sekolah lu pas SD atau SMP ?” tanyanya.

“Kalo SMP sih kayaknya enggak deh. Dan SD juga kayaknya enggak. Lagian emang lu ngrasa pernah punya temen SD kayak dia ?” aku bertanya balik padanya.

“Lah,mana gue tau. Kenapa lu nanya gue,itukan SD lu”

“Heh ! inget ya,dulu kita itu satu SD ! pikun apa gimana sih lu ?” ucapku sambil menyenggol tangannya yang sedang ia gunakan untuk menopang dagu di atas tempat tidurku. Dan hasilnya dia hanya cengengesan. Sebenarnya sampai sekarang pun aku masih memikirkan hal itu.

“Sekarang coba pake feeling lu,kapan dan dimana lu pernah ketemu dia?” ucapnya.

Aku berfikir. Ah,aku tidak tau. “Kupu – kupu hitam” jawabku spontan.

“Hah ? Mana ? Mana kupu – kupunya ?” kata fraya sambil melihat seisi ruangan. “Gak ada. Lu mau nakut – nakutin gue ?” ucapnya sambil memicingkan mata.

“Bukan,bukan gitu maksud gue. Gatau kenapa tiba – tiba gue nyebut kata – kata itu,dan sejak kapan lu takut sama kupu – kupu hitam ?” tukasku.

“Lu gak inget,terakhir kali lu tereak kupu – kupu hitam tapi yang muncul malah kecoa terbang ? siapa yang gak ngeri kalo tiba – tiba ada kecoa terbang disini” balasnya sambil memelototi ku. Rasanya aku ingin tertawa jika ingat kejadian itu lagi. “Tuh kan,kenapa topik pembicaraan kita jadi kecoa terbang sih ? jijik gue”

“Kan lu duluan yang ngomongin kecoa terbang. Hahaha” aku tertawa mengejeknya. Rasanya bahagia sekali kalau ada fraya disini. Mungkin akan lebih bahagia seandainya orang tua ku yang ada disini. Tapi tak apa lah,fraya pun sudah cukup buatku.



“Ava ? kamu dimana nak ? mama pulang bawa oleh – oleh nih buat kamu. Ava ?” panggil mama ku. Aku hanya duduk di pinggir tempat tidurku.

Sudah 2 tahun sejak kejadian itu terjadi,tapi aku masih merasa itu baru terjadi kemarin. Aku sudah duduk di bangku kelas 2 SD.  Mereka datang tinggal disini hanya 3 bulan dan kemudian mereka pergi lagi selama 1 bulan dan itu selalu berulang selama 2 tahun belakangan ini. Aku tidak tau apa yang mereka kerjakan dan aku tidak mau tau. Pintu kamarku terbuka dan mama masuk dengan beberapa paper bag.

“Ava ? ini mama bawakan oleh – oleh. Coba kamu lihat ini” ucap mamaku sambil menyuruhku untuk ikut duduk di bangku. “Mama punya hadiah special buat kamu” mamaku mengeluarkan sebuah kotak perhiasan dari dalam paper bag nya. Ada sebuah kalung dengan liontin berbentuk kupu – kupu dan di tengah – tengak kupu – kupu itu terdapat sebuah benda berkelip berwarna hitam. Mama memakaikannya ke leherku.

“Ini terlalu besar mah” kataku karena kalung itu mungkin  lebih cocok dipakai mama.

“Tidak apa – apa,kamu suka ?” tanya mama ku. Aku mengangguk. “Mama juga membeli ini untuk kamu” mama mengeliarkan satu kotak lagi dari paper bag nya yang berisi bola Kristal yang dapat menyala. Mama meletakannya di lemari barang – barangku. “Ava,mama mau merapikan barang – barang dulu ya”

“Iya mah. Dan makasih kalungnya,ava suka. Kupu – kupunya lucu” ucapku sambil memperhatikan liontin kalungku.

Mama tersenyum dan menutup pintu kamarku



“Bagaimana perkembangan kondisi ava dok ?” itu suara mama.

“Keadaannya berangsur – angsur membaik bu,mungkin besok dia sudah bisa pulang” jelas dokter wiryawan. Itu dokter yang mengobati ku sejak kecil.

“Ava ? kamu udah bangun ?” suara siapa itu ? ah,aku baru ingat,itu suara jerry.

“Baik,kalau begitu saya tinggal dulu bu” ucap dokter.

“Kamu udah merasa baikan va?” tanya ibuku. Aku hanya mengangguk. “Ini,makanannya di makan dulu ya,biar mama yang suapin” ibuku memberikan ku bubur dari rumah sakit yang sudah di siapkan untuk pasien. Telfon mama berbunyi,tapi mama tidak menjawabnya.

“Angkat aja dulu mah telfonnya,kali aja penting” ucapku. Kemudian ibuku menjawab telfon dan memberikan mangkuk bubur itu kepada jerry. Sepertinya mama sedang berbicara dengan papa di telfon.

“Va,kamu disini sama jerry dulu ya. Mama ada sedikit urusan,tadi fraya pulang soalnya dia harus sekolah hari ini. Mama tinggal dulu ya va” ujar ibuku lalu ia keluar dari ruangan ini.

Jerry menyuapiku bubur yang tadi di berikan ibuku. “Emang lu gak ada kerjaan sampe harus nungguin gue disini ?” tanyaku.

“Enggak ada,nih makan lagi” jelasnya sambil menyodorkan sendok yang berisi bubur. Seandainya aku tidak dalam keadaan seperti ini,aku pasti sudah melarikan diri untuk mencari udara segar di luar. Aku memperhatikan wajahnya. Kulitnya putih,hidungnya mancung dan bibirnya yang tipis. Potongan rambutnya yang kalau tidak salah undercut slick back,aku tau karena aku pernah melihat model rambut seperti itu di internet. Warna lensa matanya hitam pekat tidak seperti mataku yang berwarna coklat terang.

Ketika aku sedang memperhatikan nya,pandangan kami bertemu satu sama lain. “Uhuk…” aku tersedak. Sungguh memalukan sekali aku ini.

“Pelan – pelan va makannya” ucap jerry sambil memberikan ku air minum. Aku sadar ia sedang memperhatikan luka di dahi ku. “Itu kenapa ?” tanyanya.

“Gapapa,ini cuma gara – gara jatoh dari sepeda aja” jawabku asal. “Udah udah,gue gamau makan lagi,kenyang”

“Oh yaudah ini diminum dulu obatnya” dia memberikan obat – obat yang harus ku minum. “Abis ini kamu istirahat aja,biar aku yang jaga kamu disini”

Aku menggangguk. Ia membetulkan kembali posisi tempat tidur ku. “Jer,waktu itu lu belom jawab pertanyaan gue”

“Yang mana ?”

“Kenapa lu mau di jodohin ?” tanyaku.

“Aku gatau” jawabnya santai. “Orang tuaku udah beberapa kali menjodohkan aku tapi aku gak pernah terima itu. Dan aku pun gak tau kenapa aku mau kali ini”

“Segitu gak lakunya kah lu sampe mesti di jodohin ? lagian bukannya lu masih 20 tahun ? atau jangan – jangan lu udah 30 tahun ?” ucapku dengan nada detektif.

“Hahaha,aku memang belum pernah memiliki pacar sebelumnya,mungkin mereka khawatir kalau aku tidak bisa mencari pasangan ku sendiri dan aku beneran 20 tahun kok” jawabnya sambil tersenyum.

Aku belum penah merasa seperti ini terutama dengan seorang laki – laki yang baru ku kenal. Handphone ku berbunyi dan ada nama ibuku di layar ponselku. “Halo ? kenapa mah ?”

“Va,besok kamu sekolah di antar jemput  jerry aja ya. Pak pri izin cuti selama kurang lebih 4 bulan istrinya mau melahirkan. Mama tadi sudah sampaikan ke jerry. Oh iya,kami juga harus kembali ke Australia lagi. Kamu hati – hati ya va”  

“Iya mah” aku mengakhiri panggilan dan mencoba menenangkan pikiran ku. Bagaimana bisa mama membiarkan ku di antar jemput sama si jerry ini.

“Kenapa va ?” tanya jerry.

“Gapapa,lu yakin bisa anter jemput gue ? kalo gak bisa gue bisa minta jemput fraya aja”

“Aku bisa kok”

“Oh yaudah,sorry ya ngerepotin lu” kataku. Aku rasa dia adalah pria yang lumayan baik. Aku tidak bisa membayangkan ekspresi fraya ketika tau aku di antar jemput oleh jerry. Dia pasti akan berikiran yang tidak – tidak. Tapi membayangkan kembali kesekolah membuat mood ku sedikit turun.

Aku melihat ke arah jendela dan ternyata di luat sedang turun hujan. Tidak ada percakapan lagi yang terjadi di ruangan ini. Hanya suara dentingan mangkuk dan piring yang beradu karena sedang di tumpuk. Aku kembali memperhatikannya,aku rasa semalam dia kurang tidur karena ada sedikit lingkaran hitam dibawah matanya. Aku buru – buru mengalihkan pandanganku sebelum jerry memergokiku sedang memperhatikannya.

Aku merasakan kembali perasaan ini. Aku merasa seperti sedang diperhatikan oleh seseorang satu tehun terakhin ini. Tapi di ruangan ini hanya ada aku dan jerry. Apa mungkin orang itu mengintip lewat jendela ? tapi tidak ada siapa – siapa. Mana mungkin orang itu jerry,aku pun baru bertemu dia 2 hari yang lalu. Lagi pula jerry masih sibuk dengan buku yang sedang di bacanya. Aku benar – benar tidak tahan dengan perasaan seperti ini !

TO BE CONTINUE ....