Selasa, 26 Mei 2015

ESCAPE

7

Jerry sandi

Perempuan yang duduk di hadapanku sekarang terlihat sedang memiliki suasana hati yang kurang bagus. Dia menatapku lekat – lekat seakan sedang mengintrogasi ku.
“Kenapa lu mau di jodohin sama orang yang sama sekali gak lu kenal ?” tanya nya. Kali ini aku benar - benar merasa sedang di introgasi. Dia ini benar – benar tidak berubah sepertinya. Tapi aku malah semakin menyukainya.
“Menurut kamu ?” aku bertanya balik kepadanya.
“Gue kan nanya malah lu tanya balik. Terpaksa ? iya kan ?” tebakan nya tidak sepenuhnya benar. Awalnya aku memang menolak tapi setelah aku mengetahui siapa yang akan di jodohkan dengan ku,aku malah bersemangat.
“Kenapa aku harus terpaksa ? kalau aku terpaksa,saat ini juga mungkin aku akan pergi”
“Biasanya kan gitu,orang tua kita rekan bisnis dan akhirnya mereka menjodohkan anak nya untuk urusan bisnis nya” jelasnya.
“Kayaknya kamu terlalu banyak nonton sinetron deh” jawabku sambil tersenyum. Alasan yang lumayan konyol juga. “kamu sendiri kenapa mau ?”.
“Mana gue tau ! tadi kan lu liat,gue baru balik sekolah dan langsung di seret ke sini. Dan gua juga gak akan dengan bodohnya ngamuk – ngamuk cuma gara – gara gak terima” ucapnya. Ia langsung membuang muka dan mengerucutkan bibirnya. Aku terkekeh melihat tingkahnya itu. Lama – kelamaan ada yang berdeda di wajahnya,dia pucat. Apa dia sakit ? atau penyakitnya kumat lagi ?. Dia menutupi bagian hidungnya dengan tangannya.
“Kenapa va ?” tanyaku cemas melihatnya. Dia hanya menggelengkan kepalanya. Aku seperti melihat cairan berwarna merah keluar dari sela – sela jari yang menutupi hidungnya. ‘itu darah! Ava mimisan ? kenapa dia ?’ tanyaku dalam hati.
“Sorry,gue ke toilet dulu”. Dia bangun dari duduknya dan berjalan agak sempoyongan. Dan benar saja,ava tiba – tiba jatuh. Aku segera berlari ke arahnya dan ku lihat banyak darah keluar dari hidung nya dan ava terjatuh sudah dalam keadaan pingsan.
Aku menggendongnya dan membawa nya ke rumah sakit terdekat menggunakan mobil ku. Sepanjang perjalanan aku sangat tidak tenang. Akhirnya kami tiba di rumah sakit. Doketr langsung membawanya ke ruang ICU. Aku hanya bisa menunggu hasilnya di luar ruangan. Aku berusaha menghubungi om oka tapi dia tidak menjawab telfonku. Setelah beberapa lama,dokternya keluar ruangan.
“Bagaimana dokter ?” tanyaku.
“Saya perlu berbicara dengan keluarga nya mengenai pasien” ucap dokter itu.
“Keluarganya belum bisa di hubungi dok. Saya saja yang menggantikannya”
“Baik,mari ikut ke ruangan saya”. Aku berjalan mengikuti dokter itu. Aku berharap tidak terjadi sesuatu yang buruk pada ava. Aku duduk di dalam ruangan yang bernuansa putih hijau ini.
“Jadi bagaimana dok ?” tanyaku cemas.
“Boleh saya tau siapa nama anda ?”
“Saya jerry sandi dok”
“Begini nak jerry,pasien yang bernama ava ini memang sering berobat ke rumah sakit ini sejak ia masih kecil” jelas dokter itu. Ia terlihat sudah berumur 40 tahunan dan terlihat sangat berwibawa. “Pasien mengalami gangguan di organ hati nya sejak lahir. Akibatnya,pasien menjadi mudah sakit karena hati yang harusnya mengolah racun menjadi terganggu. Banyak kasus seperti ini yang akhirnya membutuhkan cangkok hati. Namun saya rasa penyakit ava belum mencapai titik tersebut” jelas dokter itu.
Aku memegangi dahi ku yang terasa sangat berat sambil menunduk. ‘mengapa ava harus menanggung hal separah ini ?’ batin ku. “Lalu,apa yang harus saya perbuat dok ?”
Ia kemudian bangun,berjalan ke arahku dan menepuk pundaku “Nak,jangan kamu anggap ava adalah anak yang lemah. Dia bahkan lebih kuat dari orang yang sehat. Tapi kamu harus tetap menjaga dia nak jerry,setiap tahun penyakitnya makin parah dan kami semua tidak mau hal buruk menimpanya” ujar sang dokter.
“Baik dok. Apa saya sudah bisa melihat ava sekarang ?” tanyaku.
“Iya,saya rasa dia sudah lebih baik. Dia juga sudah di pindahkan ke ruang rawat inap”
“Terima kasih dok” aku langsung berjalan cepat menuju ruang tersebut dan menemukan ava yang sedang berada di tempat tidur rumah sakit dengan dengan infus yang ada di tangan kirinya dan selang oksigen di hidungnya,tapi ia masih belum sadar dari pingsannya. Aku menghampirinya dan duduk di sebelahnya. Aku sudah menghubungi om oka dan dia bilang dia segera menuju kesini.
“Ava,semua ini pasti gak akan bisa ngalahin kamu va” ucapku sambil menyentuh punggung tangan ava. Jari – jarinya bergerak dan kelopak matanya terbuka tanda dia sudah sadar dari pingsannya. “Va ?” panggil ku untuk memastikan dia benar – benar sadar.
“Hm ? gue di rumah sakit ya ?” ucapnya pelan dan dia langsung menyadari dia sedang berada di rumah sakit.
“Iya,tadi kamu mimisan dan kamu pingsan di ruang tamu tadi” jelas ku.
“Gue inget kok. Lu ngarepin gue ngomong ‘gue dimana ? gue kenapa ?’ gitu ?  sori ya,kayaknya lu yang kebanyakan nonton sinetron. Dan lagian kenapa lu ada di sini ?” tanya nya yang lagi – lagi seperti mengintrogasiku. Dia ini benar – benar berbeda dengan yang lainnya.
“Waktu kamu pingsan,aku yang bawa kamu kesini. Dan aku gak langsung pergi ninggalin kamu,jadi jelas aja aku ada di sini sekarang” jelasku.
“Oh…gitu”
Tidak lama kemudian,om oka dan tante kaira serta orang tua ku datang. Ruangan ini menjadi begitu ramai. Aku kemudian menjelaskan apa yang terjadi dengan ava kepada orang tua nya. Lalu muncul lagi seseorang perempuan seusia ava yang memakai kaos dan celana jeans. Dia terlihat ngos – ngosan karena mungkin tadi ia berlari sebelum berada di ruangan ini. Dia langsung menuju ke dekat tempat tidur ava.
“Fra,lu kok bisa disini juga ?” tanya ava kepada orang itu.
“Tadi tante kaira nelfon gue dan katanya lu sakit sampe masuk rumah sakit. Jadi gue buru – buru kesini” jelas nya. “Oh iya tante,ini tadi ava juga sempet beli donat dulu sembelum keisni” dia memberikan satu kotak yang berisi donat kepada tante kaira.
“Iya,terima kasih fraya,kamu jadi repot – repot begini” ucap tante kaira. “Nah jer,kenalin ini fraya”
Aku mengulurkan tangan sambil mengucapkan namaku dan dia menyambut tangan ku sambil mengucapkan namanya juga. “Gue fraya,sahabatnya ava sejak kecil. Hahaha” aku tidak tau mengapa dia tertawa. Dia mendekatkan mulutnya ke telinga ava dan berbisik “Va,dia siapa ?”. Tapi menurutku suaranya terlalu keras untuk ukuran berbisik. Aku pun dapat mendengarnya dengan jelas.
“Anak temennya bokap gue fra” balas ava. kemudian fraya hanya membentuk bibirnya seperti sedang mengucapkan ‘oh’.
Lalu ada dua suster yang masuk keruangan ini dan memberitahukan bahwa ava harus beristirahat dan hanya ada 1 orang yang menemaninya. Sebelum aku berbicara,fraya sudah terlebih dulu mengajukan diri. Dan aku memilih untuk pulang dengan yang lainnya. “Get well soon ava” ucapkku sebelum meningalkan ruangan ini.

Ava Nagisa Yora

Setelah mereka semua pergi dan hanya menyisakan fraya di ruangan ini,aku bukannya merasa tenang tapi malah merasa akan di hujani banyak pertanyaan oleh fraya. Dan pasti mengenai jerry.
“Va,sebenernya dia itu siapa sih ?” dia mulai bertanya. ‘Apa kataku tadi !’
“Jerry sandi kalo gak salah namanya” jawabku.
“Itu mah gue juga tau,kan dia baru ngomong 5 menit yang lalu. Maksud gue,apa hubungan nya sama lu ?” tanyanya sambil memberikan tatapan mengintrogasiku.
“Dan baru 5 menit yang lalu juga gue bilang dia itu anaknya temen bokap gue” balasku dengan nada yang sengaja ku buat untuk mengejek fraya.
“Cuma itu ? ah,gak mungkin deh kalo hubungannya cuma segitu. Lagian tadi pas gue liat,tatapan nya si jerry itu kayaknya penuh cinta banget deh ke elo” ledeknya sambil menunjukan giginya.
“Apaan sih,orang gue aja baru kenal sama dia pas pulang sekolah tadi. Dia tiba – tiba ada di ruang tamu gue sama keluarganya dan pastinya nyokap – bokap gue juga ada disana” jelas ku.

“What ? jangan – jangan lu di jodohin gitu sama dia ? hahaha”. Kemudian dia langsung berhenti tertawa setelah aku meng-iya-kan perkataannya. Dan sudah pasti dia akan memberiku lebih banyak pertanyaan.


TO BE CONTINUE ....

Selasa, 19 Mei 2015

ESCAPE

6

“Ava,cepetan mandi,nanti kita telat” itu pasti suara fraya. Tapi sedang apa dia pagi – ini di kamar ku ? Berisik sekali dia ini,mau apa sih pagi – pagi begini.
“Oy,kenapa sih ?” tanyaku sambil mengerjap – ngerjapkan mataku. Aku meraih ponselku dan berniat melihat jam. Jam 6 pagi ternyata. APA ? aku bisa telat ke sekolah kalau begini. Aku buru – buru bangun dan mandi. “Fra,lu kok tumben pagi – pagi gini ada di sini ?” teriak ku dari dalam kamar mandi.
“Elu itu pikun atau gimana sih ? kan kemaren lu yang bilang mau berangkat bareng dan nyuruh gua dateng pagi – pagi,taunya malah lu yang gak bangun – bangun” aku dapat mendengar nada suara fraya yang seperti ngedumel.
“Hahah,iya juga sih. sorry ya fra” ucapku sambil menyengir.
“Ya udah cepetan,entar kita telat beneran”
“Udah nih” kataku setelah memakai seragam ku di kamar mandi tentunya sambil menggosok rambutkku yang basah.
“Eh,lu mandi gak sih ? kok cepet amat !” tanyanya sambil melempar bantal ke arah ku.
“Tadi gue di suruh cepetan,sekarang gue udah cepet – cepet malah di bilang gak mandi” ucapku sambil melempar handuk ke arah nya. Aku segera memasukan beberapa buku ku ke dalam tas. “Mau sarapan dulu atau langsung berangkat ?” sebenarnya tanpa perlu bertanya aku sudah tau jawabannya.
“Sarapan dulu dong,kayaknya bibi juga udah nyiapin sarapan tuh,sayang kan kalo gak di makan” fraya berjalan ke arah pintu lalu langsung melesat menuju meja makan. Aku hanya tersenyum melihat kelakuan sahabatku yang satu itu. Yah,setidaknya dia menjadi pengganti sosok kakak untuk ku.
“Pagi non fraya,non ava. Ayo dimakan,bibi udah siapkan roti isi keju dan susu. Kesukaan nya non fraya kan ?”
“Iya bi,duh sampe repot – repot begini siapin buat fraya. Makasih ya bi” ucap fraya sambil duduk dan langsug memakan roti.
“Siapa bilang bibi siapin buat lo,ge-er dasar. Ayo bibi juga ikut makan”
“Iya non” bibi duduk di sebelah ku kami bertiga sarapan dengan tenang. Seandainya aku dan keluarga ku bisa seperti ini,pasti rasanya akan lebih bahagia.
“Va,lu kenapa ? gak doyan ? yaudah sini buat gue aja” kata fraya. Aku tidak sadar kalau roti fraya sudah hamper habis dan aku baru makan 2 gigitan.
“Enggak kok gapapa,gua lagi menghayati makan aja”
Setelah selesai makan kami langsung berpamitan pada bibi untuk berangkat sekolah. Aku biasanya berangkat di antar pak pri,tapi kali ini fraya lah yang mengemudi. Kami sampai di sekolah tepat waktu.
“Bagus kita gak telat” kata fraya sambil tertawa. Kami menuju ke kelas dan bercanda sebentar di kelas sebelum bel masuk di bunyikan.

***~***~***~***~***
“Va,kayaknya siang ini gue gak bisa main ke rumah lu deh. Gue anterin lu aja ya ?” ucap fraya sambil tetap mengemudikan mobilnya.
“Oh yaudah,gapapa kok fra”
“Lu gak mau tau kenapa ?” Tanya nya penuh harap. Dasar fraya.
“Emang kenapa ?”
“Keluarganya dave ngajak gue lunch siang ini juga” jelasnya sambil memasang wajah bahagianya itu yang terkadang membuatku ingin mencubitnya.
“Oke,have fun ya. Jangan malu – maluin gara – gara lu makan kebanyakan”
“Sip bos. Udah nyampe nih” ucap fraya. Oh iya,aku sampai lupa.
“Thank you ya fra !”
No problemo bro. gue jalan dulu ya,bye !”
Lagi – lagi aku hanya di tinggal bersama bibi. Tapi sepertinya ada yang aneh disini. Itu kan mobil papa ku dan ada mobil lainnya. Buaknnya 2 hari yang lalu ia baru berangkat ke Australia ? ah mungkin ada barang yang tertinggal,tapi harusnya papa kan bisa menyuruh anak buahnya. Ah,aku tidak peduli. Lebih baik aku segera masuk ke rumah.
Benar saja,orang tuaku sedang bersama seorang pria yang mungkin seumuran dengan papa yang duduk bersebelahan dengan seorang wanita kira – kira berumur 40 tahun. Dan ada satu pria lagi,mungkin umurnya tidak terlalu beda jauh dengan ku dan dia lebih tua pastinya.  Sepertinya aku pernah melihatnya tapi aku tidak ingat dimana.
“Ava,kemari dulu nak” papa ku memanggil ku dan semua orang di sana langsung melihat ke arah ku. Aku duduk di sofa dekat ibu ku. “Ava,kenalin ini om Viki sandi dan tante rossa. Dan yang itu anaknya,Jerry sandi”. Aku menyalami mereka semua dan mereka tersenyum. Sepertinya ini tidak biasa. Firasatku mengatakan ada yang tidak beres disini.
“Ava,bagaimana sekolah mu ?”. Pertanyaan yang membosankan tapi aku tetap haraus menjawabnya.
“Baik om” jawabku seadanya.
“Kelas berapa kamu sekarang nak ?” Tanya tante rossa.
“Saya kelas 2 SMA tan”
“Oh,pas kalau begitu. Oka,sepertinya kita bisa menjadi keluarga nih”. Itu kan nama papa ku,keluarga ? apa maksudnya ?
“Iya kaira,sepertinya kita sudah cocok menjadi keluarga. Tinggal mereka saja yang mengatur tanggalnya. Betulkan ? hahaha”. Mengapa tante rossa membawa – bawa nama ibuku juga ?
‘Jangan – jangan ini acara perjodohan ! apa – apaan mereka ini !’ umpat ku dalam hati. Lagipula kenapa mereka tega sekali sih menjodohkan ku dengan orang yang sama sekali tidak ku kenal. Jadi apa yang harus aku lakukan ? apa aku harus melarikan diri sekarang juga seperti di sinetron – sinetron ? atau aku harus menerimanya saja.
“Bagaimana menurut mu va ?” Tanya om viki. Aku menatap wajah orang tuaku yang penuh harap. Aku rasa aku harus menerimanya saja.
“Kenapa va ? apa kamu sudah punya pacar ?” Tanya tante rossa dengan intonasi yang mengharapkan aku menerimanya.
“Bukan begitu tante” ucap ku agak kikuk.
“Ah,munkin ava hanya malu kalau kita tanya seperti ini. Lebih baik kita tinggalkan mereka ber-dua dulu agar mereka bisa lebih dekat” kata papa ku. Kemudian mereka pergi meninggalkan kami ber-dua di ruang tamu.
Aku hanya diam karena aku memang tidak tau harus berbicara apa. Lagipula aku bukan tipe orang yang banyak bicara seperti itu.
“Berapa umur kamu sekarang ?”. Apa ? dia berbicara menggunakan aku – kamu. Dan cara bicaranya seakan – akan dia sudah lama mengenalku,lalu aku menghilang dan kita bertemu lagi. Dia pikir dia ini siapa ?.
“16 tahun dan sorry gue gak biasa ngomong pake aku – kamu” ucapku seadanya.
“Hahaha,iya gak apa – apa. Aku jerry,usia kita cuma beda 4 tahun dan aku lebih tua dari kamu” ucapnya jujur. Kalau begitu usianya sekarang 20 tahun,tidak terlalu tua juga.
“Gue bukan orang yang gampang jatuh cinta gitu aja,banyak orang yang bilang gue ngebosenin karena gue terlalu cuek. Gue juga bukan cewe feminim seperti yang kalian harapkan” jelasku.
“Aku tau” jawabnya singkat. Tau dari mana dia itu,inikan pertama kalinya kita bertemu.
“Ya terserah lu aja deh. Oh iya,gue boleh tanya kan ?”
“Iya,tanya apa ?” jawabnya sambil mengerutkan alis.
“Kenapa lu mau di jodohin sama orang yang sama sekali gak lu kenal ?” tanyaku to the point.


Dia hanya tersenyum penuh artian. Aku tidak ahli dalam membaca ekspresi seseorang,tapi aku yakin setiap orang akan melakukan sesuatu karena ia merasa tertarik dengan satu hal. Kecuali aku dan apa mungkin kami memiliki alasan yang sama ?.

TO BE CONTINUE ....

Rabu, 13 Mei 2015

ESCAPE

5

“Nah,coba jelasin ke gue” tanyaku.
“Jelasin apaan ? gua lagi nyetir nih,nanti aja va”
“Nanti nya kapan ?” tanyaku sambil terus mendesak fraya. Fraya membelokan mobilnya ke rumah ku. Aku dan Fraya berencana untuk belajar bersama hari ini di rumahku. Sekalian aku ingin meminta penjelasan tentang siswa yang bernama Dave itu. Ketika kami turun dari mobil,seperti biasa bibi selalu menyambut kami.
“Siang non ava,non fraya” sapa bibi.
“Eh iya bi,siang juga” sahut fraya sambil tersenyum.
“Non ava sama non fraya mau makan apa ? biar bibi yang masakin”
“Itu bi,fraya mau…”
“Enggak usah bi,kita udah makan kok. Kita ke kamar dulu ya bi” ucapku memotong ucapan fraya dan langsung menariknya ke kamarku. Dia memasang muka cemberut.
“Ava,lu mah jahat deh. Gue kan laper”
“Eh ? laper ? bukannya tadi lu udah makan ya ? udah ah,jangan makan mulu”
“Yeeh,suka – suka gue dong” jawabnya membela diri.
“Oke,jadi siapa itu Dave Haraffa ?” ucapku mengalihkan pembicaraan.
Muka fraya langsung berubah menjadi penuh semangat. “Calon tunangan gue. Lu inget gak pas malem itu gue gak jadi nginep di rumah lu gara – gara bokap gue nelfon ? ternyata dia mau ngenalin gue sama temen bisnisnya. Dan kebetulan temen bisnisnya juga punya anak cowo” jelasnya
“Jadi lu di jodohin gitu ?” tanyaku penasaran.
“Yeh,enak aja. Lu pikir ini sinetron,jadi pas temen bokap gue mau pulang,anaknya dia nyamperin gue dan minta nomor gue. Malem itu juga dia sms gue dan  malem itu juga gue fell in love sama dia” lanjutnya dengan mata berbinar – binar.
“Dan lu dengan sukarela ngasih nomor lu ke orang yang baru lu kenal ?”
“Kalo orangnya kayak di dave sih gapapa”  jawabnya sambil terus melihat layar ponselnya.
“Terserah lu deh fra”
“Lu sendiri gimana ?” tanyanya penuh selubung. Aku tau maksudnya.
“Gak tertarik” jawabku sambil merapihkan kertas – kertas.
“Jangan gitu va,ntar jadi perawan tua,baru tau rasa lu,hahaha”
Sebenarnya bukan maksudku aku tidak tertarik seratus persen dengan cinta. Aku merasa bahwa cinta itu tidak akan bertahan selamanya. Contohnya orang yang sudah menikah bisa bercerai karena alasan tidak cocok lagi atau apalah. Dulu,aku pernah menyukai seorang laki – laki,tapi aku sendiri tidak tau namanya. Dan aku juga tidak tau dimana ia sekarang,tapi entah kenapa aku terkadang merasa kalau ia berada di dekatku. Bagaimana aku bisa merasa ia ada di dekatku,padahal aku saja mungkin tidak mengenali wajahnya lagi setelah 4 tahun aku tidak melihatnya.
Ya,aku menyukainya ketika aku masih berusia 12 tahun. Lucu bukan ? mungkin itu hanyalah cinta monyet anak remaja. Aku juga percaya,suatu saat nanti,kalau kita memang berjodoh,tuhan akan mempertemukan kita kembali. Sekarang yang harus aku lakukan hanyalah belajar dan berdoa demi kesuksesan ku.

2 minggu sudah berlalu sejak hari ulang tahun ku. Aku hanya megurung diri di kamar. Terlalu lama berada di kamar sebenarnya membuat ku bosan. Aku memutuskan untuk pergi ke taman belakang sambil membawa beberapa kertas origami. Aku memang sering membuat sesuatu menggunakan kertas origami,terkadang ibuku juga sering membantuku membuat bunga dan kupu – kupu. Ah,mengingat hal itu rasanya aku ingin menangis,tapi apa masih ada air mata yang tersisa setelah saat itu seharian aku menangis ?. Aku duduk di bangku yang ada di taman,mengirup udara sebanyak – banyaknya.
Aku melihat ke sekelilingku ‘Dimana dia ?’. Biasanya setiap aku berada di taman ini,dia sering muncul di balik pagar. Bukan kambing maksudku,dia adalah anak laki – laki yang aku lihat waktu itu ketika aku berada di taman ini juga. Tapi aku rasa hari ini dia tidak ada di sini.
“Ava” panggil seseorang
“Hm ?”
“Lagi apa ?”
“Lagi mau bikin kupu – kupu” jawabku kepadanya.
Ia mendekat dan duduk di sebelah ku. “Apa fuko boleh bantu ?”
“Yaudah” jawabku sambil melipat – lipat kertas origami.
Fuko mengambil kertas origami berwarna biru muda. Ia melipatnya menjadi bagian yang kecil lalu ia mulai membentuknya. Aku tidak begitu jelas memperhatikannya karena aku juga sedang melakukan hal yang sama. Aku melirik nya sesekali untuk sekedar memastikan apa yang dia buat.
Setelah beberapa menit,aku sudah menyelesaikan 3 buah kupu – kupu berwarna hijau. Aku kembali melihat fuko. Dia membuat beberapa kelopak bunga,tapi dia tidak menghubungkan kelopak bunga itu dengan yang lainnya. Dia hanya memperhatikannya.
“Dulu,kakak fuko sering membuat bunga dari kelopak – kelopak ini” ucapnya.
“Lalu,kenapa kamu gak merangkai kelopak – kelopak bunga itu ?” tanyaku.
“Fuko ingin membuat lebih banyak lagi dari ini, nanti fuko akan membawa kelopak – kelopak ini kepada kakak. Aku ingin kaka merangkaikan fuko bunga lagi seperti dulu” jawabnya sambil tersenyum.
“Memangnya dimana kakak mu sekarang ?”
“Kakak sudah tidak tinggal dengan fuko lagi. Kakak sudah punya rumah yang baru disana,kakak pasti senang di rumah barunya”  foko kembali tersenyum,namun kali ini ada yang berbeda dari senyumannya.
“Apa kamu tidak bisa datang ke rumah kakak mu ? atau kamu tidak tau alamatnya ? dimana rumahnya ?” tanyaku bertubi – tubi.
“Aku akan mengunjungi kakak suatu saat nanti,mungkin kita bisa berjalan bersama membuat bunga di surga” jawab fuko sambil menatap langit. Tapi apa maksudnya ?
“Di surga ? jadi maksud kamu kakakmu….”
“Iya,kakak fuko sudah meninggal di hari yang sama ketika fuko kecelakaan. Seandainya dia tidak berlari dan menolong fuko saat itu,mungkin dia masih hidup saat ini”
Suatu saat nanti ? apa itu berarti fuko tidak akan sembuh dari sakitnya ?. Sebenarnya aku tidak ingin menanyakan hal ini,tapi aku benar – benar ingin tau apa sebenarnya maksud perkataannya tadi.
“Kapan kamu akan mengunjungi kakak mu ?”
Ia tersenyum  riang ke arah ku.“Fuko tidak tau, tapi fuko pasti akan mengunjungi kakak suatu saat nanti,fuko sudah janji sama kakak”
Kalau fuko benar – benar pergi,itu berarti aku akan sendirian lagi. Tapi aku tidak apa – apa. Mungkin nanti aku akan terbiasa sendirian,aku tidak perlu mengharapkan siapapun untuk menjadi teman ku,karena orang tuaku saja membiarkan ku tinggal sendirian dengan bibi. Aku benci saat – saat seperti ini.

***~***~***~***~***
Bertahan di depan layar komputer selama 3 jam membuat mataku cukup lelah. Namun akhirnya aku dapat menyelesaikan tugasku. Aku merebahkan diri di lantai kamarku,memandang langit – langit kamar dan aku mendengar seseorang mengetuk pintu kamarku.
“Ava” itu suara ayah ku. Ada apa lagi ?. aku berjalan menuju pintu dan membukanya. Aku tidak mengatakan apa – apa.
“Papa mau berangkat ke Australia menemui pak Viki Sandi,rekan kerja papa sejak dulu”
“Iya? Lalu?”
“Papa ingin kamu ikut dengan kami. Papa gak ingin kamu sendirian lagi disini”
“Gak usah pah,disini ada bibi jadi ava gak sendirian. Lagipula ava sudah terbiasa begini sejak kecil. Fraya juga sering kesini” dalam hatiku,sebenarnya aku sangat ingin tinggal bersama keluarga ku. Tapi aku sudah terbiasa hidup dengan bibi jadi aku sulit juga meninggalkannya.
“Tapi apa kamu tidak ingin tinggal bersama kami ?”
“Ava mau,tapi lebih baik papa mengurus semuanya dulu. Jika semuanya sudah beres,kita pasti akan tinggal bersama seperti dulu”
“Baiklah,maafkan papa ya va. Papa pergi dulu”
“Iya” aku menutup pintu kamarku. Dan aku akan kembali ke kehidupan ku seperti biasanya.




TO BE CONTINUE ....


NOTE : Maaf kalau posting nya terlalu lama. kebetulan beberapa minggu terakhir ada banyak hal yang harus saya kerjakan terlebih dahulu. saya juga sudah melaksanakan ujian nasional,terimakasih atas doa nya :D