3
“Ava !”
Errr,aku sangat mengenali suara itu. Siapa lagi
kalo bukan fraya.
“Eh? Kenapa tuh muka lo? Udah kayak keset
welcome aja deh,kenapa sih?” Tanya nya.
“Masa sih? Enggak kok gapapa” jawabku
sekenanya.
“Ah, lu mah kebiasaan deh,kalo punya masalah di
pendem sendiri aja. Bagi – bagi gue dong” jawabnya yang bikin aku heran.
“Gila ya lu?” jawabku sambil berjalan menuju
kelas.
“Gimana gue gamau gila,kita udah sahabatan dari
semenjak Negara api belum menyerang tapi lu masih aja main rahasia – rahasiaan
sama gue”
“Udah jenggotan kali gue fra kalo gitu” jawabku
sambil senyum – senyum.
Fraya memang sering membuat mood ku kembali
menjadi normal dengan kata – katanya yang kelewat lebay. Namun karena aku sudah
lama bersahabat dengan si peraih peringkat 1 itu,aku jadi tidak heran dengan
kelakuannya itu.
“Va,gua rasa gua baru aja negliat pangeran
jatuh dari kayangan deh” ucapnya dengan mata berbinar – binar.
“Ah,lu mah kebiasaan fra. Udah yuk masuk kelas”
“Yee,itu tandanya gue normal Karena masih bisa
suka sama cowo,emang lu !”
“Yaudah lah fra,gapenting deh ngurusin cowo”
kataku sambil meletakan tas di mejaku.
Aku tidak tau kenapa fraya terus memaksaku
untuk jatuh cinta. Terkadang dia memberiku pilihan yang menurutnya ganteng,tapi
aku percaya cowo seperti itu akan kabur kalau didekati kecoa. Lagipula menurutku
suatu saat nanti Yang Kuasa akan memberiku jodoh.
***~***~***~***~***~***~***~***
Bel istirahat berbunyi,aku berniat ke
perpustakaan,namun fraya memaksaku untuk menemaninya ke kantin. Akhrinya aku
terpaksa mengunjungi tempat yang paling ramai di sekolah ku itu hanya untuk
menemani fraya yang kelaparan katanya.
Brakk. Suara apa itu?
“Coba kamu jelaskan pada saya tentang foto ini
!”
Ternyata itu adalah suara bu Alea,kepala
sekolah kami yang terkenal galak dan banyak aturan. Dia sedang menunjukan layar
ponsel nya kepada salah seorang murid.
“Itu bukan saya bu,sumpah bu” ucap siswi itu.
“Cepat jelaskan kalau begitu !” kata bu lea
kepadanya.
Namun dia hanya diam dan tidak menjawab.
“Va,liat deh. Itu kan anak yang fotonya ada di
mading itu va. Yang dia lagi pake baju minim gitu sama cowo” jelas fraya.
“Emangnya dia siapa?” tanyaku yang sebenarnya
tidak ingin tahu.
“Gila,lu gak kenal dia. Dia kan anak seangkatan
kita va. Namanya kyou yuki elena kalo gak salah” jelasnya kepadaku.
“Ohh,gak tau dan gak berminat cari tau” jawabku
sekena nya.
Kami masih memperhatikan acara ‘marah – marah’
itu. Karena hal itu kantin menjadi sepi dan terasa agak mencekam karena bu lea
yang kalau marah – marah,matanya seperti mau keluar dari tempatnya.
“Ayo,kamu ikut saya ke ruang kepala sekolah”
ucap bu lea.
Anehnya,orang itu mengikuti perintah bu lea. Kenapa dia tidak
berusaha untuk membela diri sama sekali ?
“Yaudah lah va,gak usah dipikirin. Paling cuma
di skors doang sama bu lea” kata fraya sambil melanjutkan makan.
“Bukan itu masalahnya. Kalo dia gak punya
maksud lain,dia pasti bakal ngebela diri tadi fra” ucapku.
“Mungkin foto itu beneran kali va. Tumben lu
mau tau. Hahaha”
Iya juga sih. Lagipula aku tidak perlu tau,itu
kan urusannya.
***~***~***~***~***
Karena ini hari jum’at,jadi aku akan pulang
lebih cepat dibandingkan hari lainnya. Aku berjalan menuju gerbang untuk
menunggu jemputan ku yang kebetulan hari ini datang tepat ketika aku keluar
gerbang.
“Ava,ayo masuk” kata nya sambil tersenyum.
Aku hanya diam dan masuk kedalaam mobil.
“Gimana sekolahmu hari ini va?” Tanya nya.
“Baik”
“Kamu mau jalan – jalan sebentar atau mau
langsung pulang?”
Lagi – lagi aku hanya diam.
“Kemana pak pri? Kenapa papa yang jemput aku? Memang pekerjaan papa sudah selesai?”
Tanya ku dengan nada datar.
“Papa baru pulang ke Jakarta pagi ini,abis itu
papa bilang akan jemput kamu hari ini”
Pak pri adalah supir pribadiku sejak aku masih kecil. Papa menugaskan nya untuk
mengantar dan menjemputku. Aku hanya bisa menerimanya karena aku tidak ingin
berkomentar tentang apa – apa yang berkaitan dengan papa. Aku hanya diam dan
tidak membalas perkataan papa.
“Nanti malam kita dinner ya va? Kamu ada waktu
kan?”
“……”
“Mama juga akan ikut,atau mungkin kita juga
bisa ajak bibi?”
“……”
“Ava? Bagaimana menurut kamu?” Tanya papaku
dengan nada lembut.
“Tentang apa?” jawabku singkat.
“Dinner kita?” jawab papaku.
“Terserah,atur aja sesuka hati papa.” ucap ku.
“Ya sudah” jawab papa sambil membelokan
mobilnya dan masuk ke gerbang rumah.
Aku turun dari mobil dan masuk ke rumah dengan
langkah cepat. Aku tidak membalas sapaan bibi yang sedang berdiri di ruang
tamu. Aku terus berjalan melewati beberapa orang termasuk ibuku. Aku merasa bersalah pada ibuku yang sedang tersenyum ke arahku.
‘Maaf mah’. Aku masuk kamar dan
menguncinya. Perlahan – lahan pipiku mulai terasa basah. Kenapa aku menangis ?
bukankah aku sudah sering megalami ini ?.
“Ava kenapa?” tanyanya.
“Gue gapapa kok”
“Apa fuko bisa bantu?” ucapnya dengan nada
lembut.
Aku mulai menceritakan apa yang terjadi tadi kepada
fuko. Fuko adalah teman masa kecil ku. Aku mengenalnya ketika aku berada di
sebuah ayunan. Namun aku merasa bingung karena ibuku tidak dapat melihatnya.
Aku berusaha mencari tau dan akhirnya aku menemukan sebuah fakta. Fuko bukan
seorang manusia. Tubuh aslinya berada di sebuah rumah sakit,ia mengalami
kecelakaan ketika ia berusia 4 tahun. Gadis itu hanya mengandalkan alat – alat
medis untuk dapat bertahan hidup. Namun ada hal yang ingin aku pertanyakan
juga,apakah roh seperti dia dapat
tumbuh dan berkembang selayaknya manusia? Entahlah. Aku tidak peduli. Yang aku
tau fuko adalah temanku,mungkin sampai dia sembuh nanti.
TO BE CONTINUE....
Tidak ada komentar:
Posting Komentar