Selasa, 07 April 2015

ESCAPE

3


 “Ava !”
Errr,aku sangat mengenali suara itu. Siapa lagi kalo bukan fraya.
“Eh? Kenapa tuh muka lo? Udah kayak keset welcome aja deh,kenapa sih?” Tanya nya.
“Masa sih? Enggak kok gapapa” jawabku sekenanya.
“Ah, lu mah kebiasaan deh,kalo punya masalah di pendem sendiri aja. Bagi – bagi gue dong” jawabnya yang bikin aku heran.
“Gila ya lu?” jawabku sambil berjalan menuju kelas.
“Gimana gue gamau gila,kita udah sahabatan dari semenjak Negara api belum menyerang tapi lu masih aja main rahasia – rahasiaan sama gue”
“Udah jenggotan kali gue fra kalo gitu” jawabku sambil senyum – senyum.
Fraya memang sering membuat mood ku kembali menjadi normal dengan kata – katanya yang kelewat lebay. Namun karena aku sudah lama bersahabat dengan si peraih peringkat 1 itu,aku jadi tidak heran dengan kelakuannya itu.
“Va,gua rasa gua baru aja negliat pangeran jatuh dari kayangan deh” ucapnya dengan mata berbinar – binar.
“Ah,lu mah kebiasaan fra. Udah yuk masuk kelas”
“Yee,itu tandanya gue normal Karena masih bisa suka sama cowo,emang lu !”
“Yaudah lah fra,gapenting deh ngurusin cowo” kataku sambil meletakan tas di mejaku.
Aku tidak tau kenapa fraya terus memaksaku untuk jatuh cinta. Terkadang dia memberiku pilihan yang menurutnya ganteng,tapi aku percaya cowo seperti itu akan kabur kalau didekati kecoa. Lagipula menurutku suatu saat nanti Yang Kuasa akan memberiku jodoh.
                                       ***~***~***~***~***~***~***~***
Bel istirahat berbunyi,aku berniat ke perpustakaan,namun fraya memaksaku untuk menemaninya ke kantin. Akhrinya aku terpaksa mengunjungi tempat yang paling ramai di sekolah ku itu hanya untuk menemani fraya yang kelaparan katanya.
Brakk. Suara apa itu?

“Coba kamu jelaskan pada saya tentang foto ini !”
Ternyata itu adalah suara bu Alea,kepala sekolah kami yang terkenal galak dan banyak aturan. Dia sedang menunjukan layar ponsel nya kepada salah seorang murid.
“Itu bukan saya bu,sumpah bu” ucap siswi itu.
“Cepat jelaskan kalau begitu !” kata bu lea kepadanya.
Namun dia hanya diam dan tidak menjawab.
“Va,liat deh. Itu kan anak yang fotonya ada di mading itu va. Yang dia lagi pake baju minim gitu sama cowo” jelas fraya.
“Emangnya dia siapa?” tanyaku yang sebenarnya tidak ingin tahu.
“Gila,lu gak kenal dia. Dia kan anak seangkatan kita va. Namanya kyou yuki elena kalo gak salah” jelasnya kepadaku.
“Ohh,gak tau dan gak berminat cari tau” jawabku sekena nya.
Kami masih memperhatikan acara ‘marah – marah’ itu. Karena hal itu kantin menjadi sepi dan terasa agak mencekam karena bu lea yang kalau marah – marah,matanya seperti mau keluar dari tempatnya.
“Ayo,kamu ikut saya ke ruang kepala sekolah” ucap bu lea.
Anehnya,orang itu  mengikuti perintah bu lea. Kenapa dia tidak berusaha untuk membela diri sama sekali ?
“Yaudah lah va,gak usah dipikirin. Paling cuma di skors doang sama bu lea” kata fraya sambil melanjutkan makan.
“Bukan itu masalahnya. Kalo dia gak punya maksud lain,dia pasti bakal ngebela diri tadi fra” ucapku.
“Mungkin foto itu beneran kali va. Tumben lu mau tau. Hahaha”
Iya juga sih. Lagipula aku tidak perlu tau,itu kan urusannya.
                                                ***~***~***~***~***
Karena ini hari jum’at,jadi aku akan pulang lebih cepat dibandingkan hari lainnya. Aku berjalan menuju gerbang untuk menunggu jemputan ku yang kebetulan hari ini datang tepat ketika aku keluar gerbang.
“Ava,ayo masuk” kata nya sambil tersenyum.
Aku hanya diam dan masuk kedalaam mobil.
“Gimana sekolahmu hari ini va?” Tanya nya.
“Baik”
“Kamu mau jalan – jalan sebentar atau mau langsung pulang?”
Lagi – lagi aku hanya diam.
“Kemana pak pri? Kenapa papa yang jemput aku? Memang pekerjaan papa sudah selesai?” Tanya ku dengan nada datar.
“Papa baru pulang ke Jakarta pagi ini,abis itu papa bilang akan jemput kamu hari ini”
Pak pri adalah supir pribadiku sejak aku  masih kecil. Papa menugaskan nya untuk mengantar dan menjemputku. Aku hanya bisa menerimanya karena aku tidak ingin berkomentar tentang apa – apa yang berkaitan dengan papa. Aku hanya diam dan tidak membalas perkataan papa.
“Nanti malam kita dinner ya va? Kamu ada waktu kan?”
“……”
“Mama juga akan ikut,atau mungkin kita juga bisa ajak bibi?”
“……”
“Ava? Bagaimana menurut kamu?” Tanya papaku dengan nada lembut.
“Tentang apa?” jawabku singkat.
“Dinner kita?” jawab papaku.
“Terserah,atur aja sesuka hati papa.” ucap ku.
“Ya sudah” jawab papa sambil membelokan mobilnya dan masuk ke gerbang rumah.
Aku turun dari mobil dan masuk ke rumah dengan langkah cepat. Aku tidak membalas sapaan bibi yang sedang berdiri di ruang tamu. Aku terus berjalan melewati beberapa orang termasuk ibuku. Aku merasa bersalah pada ibuku yang sedang tersenyum ke arahku. ‘Maaf mah’. Aku masuk kamar dan menguncinya. Perlahan – lahan pipiku mulai terasa basah. Kenapa aku menangis ? bukankah aku sudah sering megalami ini ?.
“Ava kenapa?” tanyanya.
“Gue gapapa kok”
“Apa fuko bisa bantu?” ucapnya dengan nada lembut.
Aku mulai menceritakan apa yang terjadi tadi kepada fuko. Fuko adalah teman masa kecil ku. Aku mengenalnya ketika aku berada di sebuah ayunan. Namun aku merasa bingung karena ibuku tidak dapat melihatnya. Aku berusaha mencari tau dan akhirnya aku menemukan sebuah fakta. Fuko bukan seorang manusia. Tubuh aslinya berada di sebuah rumah sakit,ia mengalami kecelakaan ketika ia berusia 4 tahun. Gadis itu hanya mengandalkan alat – alat medis untuk dapat bertahan hidup. Namun ada hal yang ingin aku pertanyakan juga,apakah roh seperti dia dapat tumbuh dan berkembang selayaknya manusia? Entahlah. Aku tidak peduli. Yang aku tau fuko adalah temanku,mungkin sampai dia sembuh nanti.



TO BE CONTINUE....

Tidak ada komentar:

Posting Komentar