Selasa, 14 April 2015

ESCAPE

4

Malam ini,papa mengajak ku dinner dengan yang lainnya. Rasanya malas sekali.
“Non ava,makan malamnya sudah siap non. Papa dan mama nya non ava sudah menunggu di meja makan” ucap bibi dari luar kamar.
“Iya bi” aku keluar kamar memakai kaos dan celana selutut.
“Lho ? non ava belum ganti baju ?”
“Ganti baju ? untuk apa ? ini hanya makan malam kan ? acara utamanya hanya makan kan ?”
“Iya sih non, ya sudah ayo kita turun” ajak bibi.
Aku melihat papa dan mama ku duduk bersebelahan dan ada 2 kursi kosong di depannya yang sudah di sediakan peralatan makan. Aku duduk berhadapan dengan ibuku. Ibuku tersenyum kepada ku. Aku lupa kapan terakhir kali aku melihat senyumnya secara langsung seperti ini.
Aku terdiam. Aku merasa mereka seperti orang lain,bukan seperti keluargaku. Bibi yang duduk di sebelah ku sedang menuangkan minuman di gelas ku. Aku berharap makan malam ini cepat selesai dan aku bisa kembali ke kamarku.
“Ava,bagaimana kabarmu ?” Tanya ibuku.
“Seperti kelihatannya,baik”
“Sekolahmu ?”
“Baik”
Ibuku tersenyum. “Hanya baik ? mama pikir ada hal menarik di sekolahmu”
“Memang apa yang mama harapkan ?” jawabku kembali bertanya.
“Apa ada cowo yang kamu suka ? Atau mungkin kamu sudah punya pacar ?” Tanya ibuku lagi. Aku tidak tahu kenapa ibuku menanyakan hal seperti itu”
“Gak ada. Aku gak tertarik sama hal kayak gitu”
“Oh begitu ya ?” ibuku tersenyum. Tapi aku rasa ada yang aneh di balik senyuman itu. Apa lagi yang akan mereka rencanakan?
Aku menyelesaikan makan malamku dan kembali ke kamar. Aku merasa ada sesuatu yang mereka rencanakan. Apa lagi yang mereka inginkan ?
***~***~***~***~***~***
“Va,gua rasa hari ini sekolah kita bakal banyak gosip deh” kata fraya sambil memakan kentang goreng miliknya.
“Ohh”
“Oh doang? Emangnya lu gak pengen tau gitu va?” kata dia dengan wajah heran.
“Palingan cuma berita orang yang kemaren di skors”
“Kok lu tau va?” Tanya fraya dengan wajah berbinar – binar.
“Tuh,orang di meja sebelah juga lagi ngomongin topik yang sama”
Aku sebenarnya hanya menebak – nebak,tapi tebakan ku di perkuat oleh beberapa orang yang sedang membicarakan orang yang kemarin di skors. Aku tidak mengerti kenapa mereka begitu peduli dengan urusan orang lain.
“Udah ya fra,gue mau ke perpustakaan dulu. Pusing gue disini dengerin mereka semua” kataku sambil berjalan menuju perpustakaan.
Sekolahku memiliki perpustakaan yang terletak di lantai 3. Selama aku berjalan menuju perpustakan,semua orang ramai membicarakan kasus yang sama seperti yang di bicarakan fraya tadi. Sampai di perpustakaan,aku langsung mengambil novel ‘OMEN’ karya lexie xu dan duduk di tempat yang memang sudah di sediakan untuk membaca.
Ketika sedang asik membaca,aku mendengar suara orang menangis di dekatku. Aku melayangkan pandangan ke sekitarku. Dan benar saja,ada seorang siswi yang menangis di bangku sebelahku,yang kalau tidak salah,dia adalah siswi yang kemarin di skors dan bernama kyou.
“Apa kamu sama seprti mereka ?” katanya kepadaku sambil menangis.
“Maksudnya?”
“Semua orang membicarakan ku sekarang,apa kamu juga akan melakukan hal yang sama ?”
“Buat apa ? Gue gak ada waktu ngurusin hal gak penting kayak gitu. Lagipula kita juga gak saling kenal” jawabku jujur.
“Gue kyou yuki elena. Kelas 11 B ipa” ucapnya sambil mengulurkan tangan.
“Ava” jawabku sambil berjabat tangan.
“Kamu kelas berapa ?”
“Kelas 11 A ipa. Gue mau balik ke kelas dulu”
“Iya,terima kasih ya” ucapnya sambil tersenyum.
Terima kasih untuk apa ? sepertinya aku tidak melakukan apa – apa. Entahlah. Ketika aku sedang berjalan menuju kelas,aku melihat sekumpulan siswi yang sedang berteriak – teriak centil. ‘Ah,paling gara – gara cowo’ batinku. Aku melihat orang yang mereka perhatikan,namun kurasa orang itu melihat ke arah lain. Orang yang dia perhatikan adalah fraya. Dan fraya juga memperhatikan siswa itu,kemudian mereka tersenyum. Apa maksudnya ? bukan aku peduli karena siswa itu,tapi aku peduli karena itu fraya. Apa jangan – jangan mereka punya hubungan khusus? . daripada menebak – nebak,lebih baik nanti aku tanya saja pada fraya.
***~***~***~***~***
Aku benar – benar tidak bisa fokus belajar saat ini. Bagaimana aku dapat fokus belajar,orang yang duduk di sebelahku dari tadi sedang bergumam tidak jelas sambil senyum – senyum sendiri. Aku memang sering melihat fraya seperti itu,tapi rasanya kali ini lebih parah dari biasanya.
“Fra”
“….” Tidak ada jawaban.
“Fraya !” kataku sambil menepuk bahunya.
“Duhh,apaan sih va ? ganggu khayalan orang aja deh,jadi ilang kan tuh cowo ganteng gue” katanya sambil me-manyun-kan bibirnya.
Cowo ? yang mana lagi ? ‘oh !’ aku jadi ingat cowo yang dari tadi memperhatikannya. “Cowo aneh yang tadi lagi lu liatin pas istirahat ?”
Mendadak fraya menjadi bersemangat “Iya ! ganteng ya dia ? hahaha”
“Fraya,apa yang sedang kamu tertawakan ?!” kata guru bahasa Indonesia yang sedang mengajar di kelasku. Wajah fraya menjadi tegang. Aku ingin tertawa melihatnya,tapi kasihan juga.
“Engg..anu bu”
“Anu apa ?”
“Gapapa bu. Tadi saya hanya ingin tertawa saja” jawab fraya.
“Hati – hati kamu ! Gila nanti ! sudah anak – anak,perhatikan papan tulis kembali” guruku kembali melanjutkan mengajar. Aku melihat fraya yang sedang memegang dahinya.
“Haaah…untung dia percaya”
“Hahaha” aku mentertawakan nya tapi tidak seperti fraya. Kalau aku tertawa seperti dia,bisa – bisa aku mengalami nasib seperti fraya.
“Kurang ajar ya lu,temen lagi kesusahan malah di ketawain”
“Abisnya,muka lu itu bener – bener bikin ketawa”
‘tok-tok-tok’. Tiba – tiba ada seorang siswa yang membuat obrolan kami terhenti. Namun mata fraya tidak lepas dari siswa itu. Siswa itu meletakan beberapa buku di meja dan pergi meninggalkan kelas setelah berpamitan. Namun sebelum meninggalkan kelas,aku melihat dia menatap fraya dan tersenyum. Dan ku sadari,itu adalah siswa yang sedang kami bicarakan.
“Fra,gue serius deh. Ada hubungan apa sih lu sama dia ?” tanyaku.
“Calon tunangan gue” katanya sambil tersenyum
“Hah ! kok bisa ?” tanyakku dengan mata melotot. Aku kaget mendengar fraya yang tidak pernah serius pacaran,tapi tiba – tiba punya calon tunangan.
“Bisa lah,hahaha” jawabnya sambil tertawa.
 “Siapa namanya ?”

“Dave Haraffa” jawabnya dengan semangat.

TO BE CONTINUE....

Selasa, 07 April 2015

ESCAPE

3


 “Ava !”
Errr,aku sangat mengenali suara itu. Siapa lagi kalo bukan fraya.
“Eh? Kenapa tuh muka lo? Udah kayak keset welcome aja deh,kenapa sih?” Tanya nya.
“Masa sih? Enggak kok gapapa” jawabku sekenanya.
“Ah, lu mah kebiasaan deh,kalo punya masalah di pendem sendiri aja. Bagi – bagi gue dong” jawabnya yang bikin aku heran.
“Gila ya lu?” jawabku sambil berjalan menuju kelas.
“Gimana gue gamau gila,kita udah sahabatan dari semenjak Negara api belum menyerang tapi lu masih aja main rahasia – rahasiaan sama gue”
“Udah jenggotan kali gue fra kalo gitu” jawabku sambil senyum – senyum.
Fraya memang sering membuat mood ku kembali menjadi normal dengan kata – katanya yang kelewat lebay. Namun karena aku sudah lama bersahabat dengan si peraih peringkat 1 itu,aku jadi tidak heran dengan kelakuannya itu.
“Va,gua rasa gua baru aja negliat pangeran jatuh dari kayangan deh” ucapnya dengan mata berbinar – binar.
“Ah,lu mah kebiasaan fra. Udah yuk masuk kelas”
“Yee,itu tandanya gue normal Karena masih bisa suka sama cowo,emang lu !”
“Yaudah lah fra,gapenting deh ngurusin cowo” kataku sambil meletakan tas di mejaku.
Aku tidak tau kenapa fraya terus memaksaku untuk jatuh cinta. Terkadang dia memberiku pilihan yang menurutnya ganteng,tapi aku percaya cowo seperti itu akan kabur kalau didekati kecoa. Lagipula menurutku suatu saat nanti Yang Kuasa akan memberiku jodoh.
                                       ***~***~***~***~***~***~***~***
Bel istirahat berbunyi,aku berniat ke perpustakaan,namun fraya memaksaku untuk menemaninya ke kantin. Akhrinya aku terpaksa mengunjungi tempat yang paling ramai di sekolah ku itu hanya untuk menemani fraya yang kelaparan katanya.
Brakk. Suara apa itu?

“Coba kamu jelaskan pada saya tentang foto ini !”
Ternyata itu adalah suara bu Alea,kepala sekolah kami yang terkenal galak dan banyak aturan. Dia sedang menunjukan layar ponsel nya kepada salah seorang murid.
“Itu bukan saya bu,sumpah bu” ucap siswi itu.
“Cepat jelaskan kalau begitu !” kata bu lea kepadanya.
Namun dia hanya diam dan tidak menjawab.
“Va,liat deh. Itu kan anak yang fotonya ada di mading itu va. Yang dia lagi pake baju minim gitu sama cowo” jelas fraya.
“Emangnya dia siapa?” tanyaku yang sebenarnya tidak ingin tahu.
“Gila,lu gak kenal dia. Dia kan anak seangkatan kita va. Namanya kyou yuki elena kalo gak salah” jelasnya kepadaku.
“Ohh,gak tau dan gak berminat cari tau” jawabku sekena nya.
Kami masih memperhatikan acara ‘marah – marah’ itu. Karena hal itu kantin menjadi sepi dan terasa agak mencekam karena bu lea yang kalau marah – marah,matanya seperti mau keluar dari tempatnya.
“Ayo,kamu ikut saya ke ruang kepala sekolah” ucap bu lea.
Anehnya,orang itu  mengikuti perintah bu lea. Kenapa dia tidak berusaha untuk membela diri sama sekali ?
“Yaudah lah va,gak usah dipikirin. Paling cuma di skors doang sama bu lea” kata fraya sambil melanjutkan makan.
“Bukan itu masalahnya. Kalo dia gak punya maksud lain,dia pasti bakal ngebela diri tadi fra” ucapku.
“Mungkin foto itu beneran kali va. Tumben lu mau tau. Hahaha”
Iya juga sih. Lagipula aku tidak perlu tau,itu kan urusannya.
                                                ***~***~***~***~***
Karena ini hari jum’at,jadi aku akan pulang lebih cepat dibandingkan hari lainnya. Aku berjalan menuju gerbang untuk menunggu jemputan ku yang kebetulan hari ini datang tepat ketika aku keluar gerbang.
“Ava,ayo masuk” kata nya sambil tersenyum.
Aku hanya diam dan masuk kedalaam mobil.
“Gimana sekolahmu hari ini va?” Tanya nya.
“Baik”
“Kamu mau jalan – jalan sebentar atau mau langsung pulang?”
Lagi – lagi aku hanya diam.
“Kemana pak pri? Kenapa papa yang jemput aku? Memang pekerjaan papa sudah selesai?” Tanya ku dengan nada datar.
“Papa baru pulang ke Jakarta pagi ini,abis itu papa bilang akan jemput kamu hari ini”
Pak pri adalah supir pribadiku sejak aku  masih kecil. Papa menugaskan nya untuk mengantar dan menjemputku. Aku hanya bisa menerimanya karena aku tidak ingin berkomentar tentang apa – apa yang berkaitan dengan papa. Aku hanya diam dan tidak membalas perkataan papa.
“Nanti malam kita dinner ya va? Kamu ada waktu kan?”
“……”
“Mama juga akan ikut,atau mungkin kita juga bisa ajak bibi?”
“……”
“Ava? Bagaimana menurut kamu?” Tanya papaku dengan nada lembut.
“Tentang apa?” jawabku singkat.
“Dinner kita?” jawab papaku.
“Terserah,atur aja sesuka hati papa.” ucap ku.
“Ya sudah” jawab papa sambil membelokan mobilnya dan masuk ke gerbang rumah.
Aku turun dari mobil dan masuk ke rumah dengan langkah cepat. Aku tidak membalas sapaan bibi yang sedang berdiri di ruang tamu. Aku terus berjalan melewati beberapa orang termasuk ibuku. Aku merasa bersalah pada ibuku yang sedang tersenyum ke arahku. ‘Maaf mah’. Aku masuk kamar dan menguncinya. Perlahan – lahan pipiku mulai terasa basah. Kenapa aku menangis ? bukankah aku sudah sering megalami ini ?.
“Ava kenapa?” tanyanya.
“Gue gapapa kok”
“Apa fuko bisa bantu?” ucapnya dengan nada lembut.
Aku mulai menceritakan apa yang terjadi tadi kepada fuko. Fuko adalah teman masa kecil ku. Aku mengenalnya ketika aku berada di sebuah ayunan. Namun aku merasa bingung karena ibuku tidak dapat melihatnya. Aku berusaha mencari tau dan akhirnya aku menemukan sebuah fakta. Fuko bukan seorang manusia. Tubuh aslinya berada di sebuah rumah sakit,ia mengalami kecelakaan ketika ia berusia 4 tahun. Gadis itu hanya mengandalkan alat – alat medis untuk dapat bertahan hidup. Namun ada hal yang ingin aku pertanyakan juga,apakah roh seperti dia dapat tumbuh dan berkembang selayaknya manusia? Entahlah. Aku tidak peduli. Yang aku tau fuko adalah temanku,mungkin sampai dia sembuh nanti.



TO BE CONTINUE....